Halloween party ideas 2015

  Pria asal Jakarta ini sama sekali tidak  pernah membayangkan dirinya akan jadi seperti sekarang, dalam usia muda sudah mapan dan punya bisnis dengan penghasilan mil­yaran rupiah pertahun. Bahkan dalam memulai Kalimilk dia mengaku tidak memiliki modal yang banyak, kafenya di jalan Lempong Sari Raya itu pun hanya di bangun dengan mayoritas bambu, tapi justeru suasana itulah yang kemudian membuat pengunjung merasa betah, bahkan sampai mau mengantri tempat.
Keberhasilan pria yang masih kuliah di UII Yogyakarta ini tentu bukan begitu saja di dapatkannya, ada sejumlah jalan berliku yang di laluinya sejak kecil. Namun kedaan jadi berubah ketika dia memutuskan untuk hijarah ke Yogyakarta, sekaligus hijrah dari keterjeratannya pada setan narkoba. Dan di kota gudeg inilah dia mulai menata kembali kehidupannya. Bagaimana Fauzan keluar dan bangkit hingga sukses, seperti apa di mengolah bisnisnya, dan apa yang menunjang keberhasilannya dan apa visinya kedepan? berikut obrolan dengan Fauzan;

Sepertinya Anda piawai berbisnis, memang dari keluarga pebisnis?
Saya dari keluarga yang alhamdulillah cukup, ibu berkerja di sebuah bank swasta, bapak juga berkerja di swasta, tapi pada tahun 1998 saat saya SD krisis moneter, ayah dan ibu saya keluar dari pekerjaannya. Keadaan ekonomi keluarga sangat tiodak bagus, kemudian ayah sakit kanker dan jantung, akhirnya sampai meninggal pada 2004. Lebih dari sekitar 5 tahun itu keluarga kita hidup tanpa pemasukan,  sementara ibu harus menghidupi 3 orang anak. Hal itu membuat saya memutar otak untuk berusaha, apapun yang bisa saya lakukan saya lakukan. Jadi dari SD saya sudah jual seragam sepak bola ke teman teman, terus bikin warung di rumah. Terus kemudian pas kuliah tahun 2003 itu sudah harus cari duit sendiri, harus bayar kuliah sendiri.

Kenapa ketika sampai di Yogya Anda kepikir untuk berternak sapi
Memang tidak ada back ground saya di susu sapi. Dulu saya di multilevel marketing, terus dari sana bisnis rental mobil dan berbagai bisnis lain pernah saya jalani. Tapi ada satu keinginan, saya ingin punya bisnis yang lebih dekat dengan para petani dan alam pedesaan, akhirnya saya beternak sapi dan banyak belajar tentang sapi, tentang susu dan alhamdulillah saya menjadi tahu. Ada sebuah hadits qudsi yang saya pernah baca menga­takan; berjalanlah dengan apa yang kamu ketahui, maka Aku akan memberi tahu apa yang kamu tidak tahu. Jadi saya jalani saja beternak sapi seperti yang saya tahu. Sehingga akhirnya jadi tahu bagaimana mengolah susu dengan baik.....................dst

Anda tampaknya relegius sekali?
Ketika hijrah ke Jogya saya ikut beberapa taklim, disana saya menemukan sebuah kebahagiaan yang tidak ternilai. Kalau kegiatan yang sifatnya duniawi setelah selesai dan pulang kenikmatannya segera hilang, Tapi kalau di taklim itu kayak­nya masih terngiang, lama lama rindu lagi. Akhirnya saya sampailah berguru dengan beberapa ustadz, sekarang juga dengan ustadz Abu Sangkan dengan karya karya tulisnya saya menemukan kebahagiaan disitu. Dalam keseharian kita melihat dan menjalani kehidupan dunia ini penuh dengan input input tidak pantas yang bisa mengikis iman dan cara untuk membersihkannya kita datang ke majelis majelis taklim, pengajian pengajian.

Berguru dengan beberapa ustad apa yang Anda dapatkan?
Dengan ustad Abu itu saya dapatkan tentang bagaimana bertauhid, berserah diri kepada Allah, ridho dengan ketetapan Allah, apapun itu. Terus juga tentang shalat khusyu’ nya. Dengan ustad Yusuf mansyur tentang sedekahnya, tapi semua itu kembali ke Tauhid, kembali bagaimana kita menyerahkan semuanya kepada Allah. Waktu saya lagi membangun peternakan sapi, sedang berkembang, lagi mau maju, kemudian terjadi erupsi Merapi dan sapi sapinya pada mati. Akhirnya sapi itu tidak berproduksi lagi, harus dikasih makan, uang orang juga banyak dipakai untuk kerjasama. Saya bilang sama istri di balik kesulitan itu akan ada kemudahan, pada saat kita di timpa bencana ini kita harus ridho dan kita harus yakin ada sebuah rencana besar Allah buat kita. Saya yakin sesuatu yang sangat baik akan hadir kalau kita terima ini. Alhamdulilah erupsi Merapi yang tadinya terlihat seperti musibah, ternyata itu menjadi anugerah. Dan ini berkali kali saya rasakan di dunia bisnis, yang pen­ting kita tetap berprasangka baik dengan Allah, itu salah satu kuncinya. Jadi benar benar Allahnya di depan, harus di depan.

Tapi orang berbisnis biasanya kan dengan logika akal dan teori?
Banyak orang mengartikan sabar itu dalam bentuk pasif, padahal sebenarnya sabar itu men-switch sikap yang negatif menjadi positif. Ketika bergantung pada Allah banyak orang mengartikan pasif tidak melakukan apa apa, padahal bukan. Ketika kita bergantung pada Allah itu kita diharuskan untuk maju di dunia ini, membawa kebaikan dan manfaat. Tapi memang ada orang dalam bisnis itu logika yang di kedepankan, banyak orang seperti itu akhirnya sulit untuk maju. Padahal sebenarnya ketika orang sudah meraih kesuksesannnya pun, sebenarnya satu kalimat saja yang bisa muncul, laa haula walaa quwwata illaa billaah, cuma itu saja yang bisa muncul, bukan karena kecerdasan dirinya, bukan karena kerja keras dirinya. Banyak orang bilang apa apa harus dibuktikan terlebih dahulu, orang bisa apa apa dilakukan dulu oleh pikirannya, padahal Allah memberikan ilmu kepada kita itu tidak banyak, hanya setetes dari air di lautan. Tapi dengan keyakinan kita pada Allah, kita bisa melakukan apapun dengan Allah.

Jadi ini bukan karena sebuah cita cita dan tekat?
Saya sebenarnya tidak  bercita cita untuk menjadi orang yang sukses, orang yang kaya, terkenal. Tapi saya bercita cita sekali menjadi orang yang beruntung, kalau di surat Al Baqarah 1 - 5 itu jelas sekali di katakan bahwa orang beruntung itu adalah orang yang mendapat petunjuk dari Allah. Jadi kalau di orang Jawa itu ada kiasan; orang bodoh kalah dengan orang pintar, orang pintar kalah dengan orang licik, orang licik kalah dengan orang beruntung.  Di Al Qur’an sendiri dijelaskan orang beruntung itu enak, caranya untuk menjadi orang beruntung itu kembali ke tauhid. Ridho dengan apa yang Allah tetapkan, kan ada orang yang bercita cita, itu bagus, awal dari sebuah keberhasilan adalah cita cita. Tapi ada juga orang yang tidak bercita cita tapi diberi sama Allah.

Bagaimana dengan kegiatan sosial keagaamaan?
Sebenarnya itu cita cita yang ingin saya wujudkan, saya ingin banyak anak anak muda yang hafal Al Qur’an tapi juga indah membaca dan kemudian juga memahami sirah nabawiyahnya. Jadi bagaimana ayat tersebut turun, dikala apa waktu itu rasulullah, seperti apa kondisi­nya mereka tahu. Dan dalam waktu dekat ini kita akan melakukan training berkelanjut­an untuk anak-anak muda, yang mau belajar selama enam bulan, mereka belajar satu minggu sekali, satu hari full. Jadi saya pengen punya sebuah pesantren yang modern dan merubah image, pesantren itu bukan tempat menitipkan anak nakal, tapi sekolah di pesantren itu adalah sebuah cita cita yang diinginkan. Sekarang kita sedang me­ngumpulkan beberapa teman, membuat komunitas yang arahnya kesana.

Bagaimana Anda menghadapi 120 karyawan?
Bagi saya karyawan itu selayaknya diperlakukan sebagai sahabat atau teman, tapi kita juga harus bisa seperti orang tua, menjaga kedisiplinan, tanggungjawab, kejujuran dan kemauan untuk belajar. Dan semua itu harus memiliki dasar yang sama, memiliki keyakinan yang sama. Jadi disini kita memiliki taklim mingguan untuk para karyawan, dengan begitu kita punya frekwensi yang sama, karena sikap tanggungjawab, disiplin itu kalau tidak berlandaskan Al Qur’an dan Sunnah itu bisa diartikan berbeda beda..................................................dst

Untuk lengkapnya, dapatkan majalah Al Khusyu' disini (Isi Formulir Belanja) atau hubungi agen sirkulasi terdekat atau telpon langsung ke:  Jln Kemang Sari IV No 5 Jatibening Baru Pondok Gede Bekasi Telp 021-849 78843 / 021-849 78836

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.