Ada banyak sekali pertanyaan pada benak kita, namun terkadang jawabannya tidak mewakili keinginan kita. Pertanyaan-pertanyaan yang kita ajukan selalu mendapatkan jawaban yang tidak sederhana. Namun para guru memberikan definisi dan teori untuk memahamkan muridnya. Sekali lagi, kefahaman itu tidak mampu dicerna semua murid.
Kita banyak melupakan sejarah
belajar dan menerima pengajaran para Nabi dan orang-orang alim pada masa
lampau. Mereka menerima kepahaman terlebih dahulu, baru mengajarkan sebuah
ilmu. Di masa kita masih balita, apakah yang kita dapat dari seorang ibu?
Sebuah pengajaran dan belajar yang sangat unik dan ajaib. Beliau mengajarkan
bagaimana menerima pengajaran tanpa kata-kata (parenting), sangat sederhana dan
mudah dipahami secara utuh (holistik).
Ibu tidak pernah mendefinisikan
bagaimana rasa kasih sayang dan cinta itu, tidak pula mengajarkan bagaimana
cara menghisap air susu. Kita hanya diam untuk memahami sebuah pengertian yang
mengalir begitu saja. Kepahaman yang utuh!! Kita ada di pembaringan
berbulan-bulan, merangkak, mencoba berdiri lalu jatuh, berdiri, lalu jatuh
lagi, ribuan kali! Ibuku menyaksikan proses itu... kita hanya diajarkan untuk
memahami yang terjadi dalam jiwa kita. Sebuah naluri yang merasuk dalam sukma.
Mengerti itu adalah fenomena yang
unik dan sederhana. Selama ini konsep kita terbalik! Kita belajar sebuah
"pengertian" dari definisi, uraian, penjelasan dan perumpamaan,
akhirnya kita tetap tidak mengerti secara utuh.
Bagaimana ALLAH mengajarkan sesuatu kepada makhluknya? Melalui apa?
Sebuah kepahaman yang bisa
dimengerti oleh apa saja dan siapa saja, sangat mudah dan tidak njlimet.
Yaitu sebuah kata tanpa suara (shaut) dan tanpa huruf (harf).
Adalah kata-kata Tuhan yang paling sederhana dan mudah kita terjemahkan dalam
bahasa verbal. Kita sudah menerima itu semua, baik berupa ilham baik (taqwa)
maupun ilham buruk (fujur).
Maka buku ini akan menguak sebuah
rahasia yang Anda pertanyakan selama ini.
Ø Mengapa shalat khusyu' itu sulit dilakukan?
Ø Mengapa berbuat jahat itu lebih mudah
sedangkan berbuat baik itu memerlukan upaya yang luar biasa?
Ø Mengapa setiap berdoa sulit memahami
jawabannya?
Ø Apakah
ada shalat khusyu' itu ?
Ø Mugkinkah
orang awam bisa melakukannya ?
Ø Dan
Bagaimana Allah menjawab setiap doa ?
Tentu akan berderet pertanyaan serupa pada diri kita. Sebagian dari pertanyaan ini mungkin kelihatan mudah dan jelas sekali bagi sekelompok orang dan dapat dijawab dengan mudah. Untuk pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan hukum (fiqih) serta ilmu pengetahuan, jawaban atas pertanyaan tersebut dapat dilengkapi dengan bukti-bukti yang kuat, yang membuat kita menjadi jelas dan tidak ragu-ragu lagi atas kebenaran yang diberikan. Namun masih banyak sekali pertanyaan yang belum terjawab dengan baik. Pertanyaan-pertanyaan tersebut sebenarnya amat mendasar, tetapi tidak pernah mendapat jawaban yang konkret.
Barangkali kita sudah pernah
mendengar dan memperoleh jawaban untuk hal-hal tersebut. Tetapi karena jawaban
tersebut tidak diberikan bersamaan rasanya (Dzauq), maka penjelasan itu
hanyalah sebuah impian yang tidak pernah kunjung dirasakan dan akhirnya
menganggap khusyu' itu hanyalah milik para wali dan para Nabi yang terdahulu,
lalu kita menempatkan diri menjadi orang awam selamanya.
Mungkin sebagian dari kita sulit untuk mempercayai bahwa jawaban atas pertanyaan itu bisa terjadi dan dirasakan oleh kita secara langsung, yaitu merasakan kehadiran Allah dalam setiap gerak kita, sebagaimana Sabda Rasulullah : An ta'budallaha ka annaka tarahu fainlam takun tarahu fainnahu yaraka (Engkau menyembah Allah seakan-akan melihat-Nya, apabila tidak mampu melihat-Nya sadari bahwa Dia selalu melihat engkau).
Mungkin sebagian dari kita sulit untuk mempercayai bahwa jawaban atas pertanyaan itu bisa terjadi dan dirasakan oleh kita secara langsung, yaitu merasakan kehadiran Allah dalam setiap gerak kita, sebagaimana Sabda Rasulullah : An ta'budallaha ka annaka tarahu fainlam takun tarahu fainnahu yaraka (Engkau menyembah Allah seakan-akan melihat-Nya, apabila tidak mampu melihat-Nya sadari bahwa Dia selalu melihat engkau).
Kalimat "berguru kepada Allah" terasa asing ditelinga
kebanyakan orang. Namun Ustad Abu Sangkan terdorong untuk menggunakannya
sebagai topik bahasan. Bewliau melihat dari sisi yang lain dari setiap
pengajaran suatu ilmu yang disampaikan oleh para guru maupun para pakar. Mereka
adalah orang-orang yang mendapatkan ilmu dari membaca buku yang tersusun dari
huruf-huruf maupun membaca dari setiap kejadian-kejadian unik dari fenomena
alam semesta ini. Apabila kita perhatikan surat Al Alaq ayat 1-5, Allah
menjelaskan apa yang dimaksud dengan kata "membaca"
"Bacalah
dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah , Bacalah, dan Tuhanmu Yang Maha Pemurah, Yang mengajar
(manusia) dengan perantaraan kalam, Dia mengajarkan kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya". Ayat diatas jelas sekali bagaimana Allah mengajarkan membaca
dengan melihat suatu kejadian penciptaan.
Buku bisa di dapatkan di: Shalat
Center Pusat
Jln Kemang Sari IV No 5 Jatibening
Baru Pondok Gede Bekasi
Telp 021-849 78843 / 021-849
78836
Posting Komentar