Al khusyu-Shalat,
Puasa dan Haji, dimulai dengan memasuki wilayah ruhani yang dalam, yang hanya
dapat dirasakan dan menenggelamkan jiwa pada dimensi syar'i. awwaluha attahrim wa tahliluha attaslim.
Awalnya adalah dengan takbiratul ihram, penghalalannya adalah salam. Sedangkan
haji menghalalkannya dengan tahallul memotong rambut, sedangkan penghalalan
puasa dengan ifthar atau berbuka puasa.
Yang akan
saya bahas kali ini adalah Puasa atau saum. Puasa sebenarnya suatu keadaan
Ruhani yang berasal di alam ingatan kepada Allah, ia berada dekat dengan Allah
dan bersama Allah. Seperti halnya shalat, setika kita melakukan takbiratul
ihram kita sedang berada diwilayah dekat dengan Allah, sehingga kita dilarang
melalaikan hati terlepas dari ingat kepada Allah, kita harus sadar terus
menerus selama didalam shalat maupun Puasa. Kalau shalat harus melaksanakan
syariat berupa gerakan dan bacaan sedangkan Puasa pelaksanaanya adalah tidak
makan dan minum, tidak ada gerakan dan bacaan.
Membaca Al
qur'an bukan termasuk syariat puasa, seperti yang terjadi terhadap ibadah zakat
dan infaq, memberi makan fakir Miskin semuanya merupakan pintu masuk untuk
melakukan perjumpaan dengan Allah, fa man
kaana yarjuu liqa'a rabbihi fal ya'mal amalan shalihan. Barang siapa
menginginkan Perjumpaannya dengan Tuhannya, maka kerjakan amalan shaleh
(QS. Al Kahfi:110). Inilah tujuannya melaksanakan ibadah yang yang
diperintahkan, yaitu untuk mampu berjalan keperjumpaannya dengan Allah.
Hari ini
adalah puasa yang kesepuluh, kita bukan seperti orang yang sedang membersihkan
kotoran dengan melaksanakan puasa. Orang puasa, walaupun baru hari pertama,
sesungguhnya ia seperti orang yang sedang membuka tabir atau hijab. Begitu kita
puasa, maka saat ini kita berada wilayah dekat Allah, yang mampu menangkap
rahmat yang diturunkan kepada hati yang berpuasa, nabi Bersabda Ightanimu addu'a 'inda Riqqati fa innaha
rahmah. Segeralah kalian berdoa ketika turun Riqqah karena itu adalah
Rahmat . Apa itu riqqah ? Yaitu keadaan hati yang tiba tiba terasa lunak dan
lembut.
Oleh karena
itu, apa yang kita rasakan Puasa kita hari ini. Adakah pengalaman ini terjadi
terhadap hati kita. Jika tidak ada, untuk apa kita puasa jika hanya terasa haus
dan lapar. Kelembutan hati yang dirasakan akibat puasa merupakan keharusan yang
dialami oleh orang beriman terutama jamaah shalat khusyu'. Karena pengalaman
ruhani merupakan ukuran kebenaran apa yang yang kita amalkan berdasarkan tuntunan
pengalaman Rasulullah saw. (Abu
Sangkan)
Posting Komentar