Al khusyu - Sejak tahun
2004, Harisman sudah mengikuti halaqah Abu Sangkan di wilayah Senen.
Setelah capek pulang kerja sekitar pukul 5 sore, ia bersama rekan-rekan mereka
menyegarkan batin dengan berdialog dan berzikir bersama Abu Sangkan. Ketika itu
muncul keprihatinan terhadap akhlak anak-anak muda yang pangkal masalahnya
terletak pada pendidikan. Abu Sangkan menyampaikan niat hendak menulis buku
pendidikan, Harisman dan rekan-rekan mendukungnya. Tapi belakangan Abu Sangkan
malah mengajukan ide yang lebih fenomenal, yaitu menulis buku tentang shalat
khusyu. Harisman dan teman-teman halaqah semakin mendukung, dengan
menyediakan komputer laptop dan printer. Dukungan itu berbuah manis, selain
bukunya yang meledak, pelatihan shalat khusyu juga menyebarluas, bahkan kian
eksis dengan berdirinya Shalat Center (SC) di berbagai daerah dan negara.
Kebersamaan
dalam kerjasama yang cukup lama itu tak terlepas dari kepuasan spiritual yang
diperolehnya. “Saya mendapatkan apa yang dicari,” ujar Harisman. Kini, ia
kembali tampil dengan menyukseskan program bertema Kampung Bersih Hati. Dia
pun ditakdirkan sejarah turut ambil bagian sebagai pendiri Yayasan Shalat
Center Indonesia. Harisman setuju terlibat membangun yayasan ini karena ingin
seluruh SC punya satu visi, satu gerakan dan sama dakwahnya. “Rohaninya
dibangun dulu, hatinya dibersihkan dulu,” ungkapnya.
Harisman
kini menjabat direktur di Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesaia (LPPI) dan
juga komisaris di BNI Syariah. Sebelumnya sejak tahun 1979-2010, ia bekerja di
Bank Indonesia (BI) sebagai direktur perbankan syariah. Kemampuan dan
pengalaman manajerialnya itulah yang diharapkan dapat mengembangkan Yayasan
Shalat Center Indonesia kelak. Pada kesempatan ini majalah Al-Khusyu berdialog
tentang acara Kampung Bersih Hati dan seputar pembentukan Yayasan Shalat
Khusyu, berikut wawancaranya:
Bagaimana
munculnya ide Kampung Bersih Hati?
Pada bulan
Juni 2012 yang lalu, Ustad Abu Sangkan menginformasikan bahwa izin yayasan
telah disetujui dengan nama Shalat Center Indonesia. Selanjutnya Ustad Abu
Sangkan mengajak bicara informal dengan mengundang Pak Sunarwa dan juga saya.
Pertemuan ini berawal dari pembicaraan tentang gagasan pendirian lembaga
pengajaran yang telah dikemukakan dalam berbagai kesempatan sebelumnya. Dulu,
sewaktu dibahas di Yogyakarta pada bulan Mei 2012, gagasan tersebut mendapat
tanggapan positif dari Pak Sunarwa, bahkan mengusulkan jika mungkin sebagai pilot
project-nya didirikan di Yogyakarta.
Ketika
membahas itu, turunlah ilham atau ide Abu Sangkan yang menamai pelatihannya
Kampung Bersih Hati. Abu Sangkan, Pak Sunarwa dan saya terus membahas ide ini
secara berulang-ulang. Tujuannya agar orang-orang hatinya terang, dapat
petunjuk Tuhan, akidahnya kuat, dan satu sama lain berkasih sayang. Bersih hati
inilah yang akan disebarluaskan pada masyarakat, yang dimulai lebih dulu dari
seluruh Shalat Center (SC) se-Indonesia. Training ini adalah kelanjutan dari
training-training sebelumnya. Dalam rangka menguatkan hati kepada Allah,
membangun ibadah, lebih dekat pada Tuhan hingga dapat bimbingan-Nya.
Apa yang
menjadi semangat pendirian yayasan?
Diilhami
dari Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 190 dan 191 yaitu keinginan untuk membentuk
suatu lembaga pengajaran yang mampu mencetak generasi ulul albab yang
mempunyai orientasi ketuhanan yang kokoh. Generasi ini diharapkan mampu membangun
suatu peradaban yang Islami dan menjadi penerus cahaya ketuhanan di muka bumi
secara berkelanjutan.
Kita bertiga
sepakat untuk merealisir gagasan dimaksud. Pembicaraan tentang pentingnya
gagasan lembaga pengajaran juga dilihat dari sudut pandang yang lainnya, yaitu
tentang perkembangan kondisi terakhir negara Indonesia tercinta yang semakin
memprihatinkan.
Kita
mengenal Indonesia adalah negara yang berlandaskan Pancasila yang berketuhanan
Yang Maha Esa. Indonesia sebagai salah satu dari negara besar yang kekayaan
alamnya sangat berlimpah dan diperkirakan pada tahun 2020 akan menjadi negara
maju. Namun di sisi lain kemungkaran tersebar dan meluas dimana-mana seperti
korupsi, terorisme, premanisme, tawuran dan sebagainya. Masih banyaknya
masyarakat yang mengalami kemiskinan, kebodohan, buta huruf, pengangguran, dan
penyakit. Pemerintah pun terlalu longgar dengan kepemilikan asing. Tambang
emas terbesar di dunia ada di Papua, yaitu Freeport, berbagai perusahaan minyak
asing menguasai produksi minyak Indonesia, kepemilikan asing bidang perbankan
hampir mencapai lebih dari 45% dan lain-lain.
Bagaimana
selanjutnya?
Gagasan
kegiatan yayasan Shalat Center Indonesia (SCI) meliputi bidang dakwah, sosial,
dan ekonomi. Dengan semangat bersih hati, kita ingin membangun masyarakat yang
seimbang spiritual, moril dan tak kalah penting intelektual dan jiwa
wirausahanya. Kegiatan riilnya nanti di bidang-bidang itu. Sebelumnya sudah
ada ide mendirikan sekolah-sekolah di SC-SC seluruh Indonesia. Untuk bidang
wirausaha dengan mengembangkan jiwa enterpreneuship, seperti mendirikan
warung-warung atau usaha apa saja nantinya. Nanti SC pusat akan membuatkan blue
print atau garis besarnya. (Yoli)
Posting Komentar