Alkhusyu - KH.
Salahuddin Wahid menyambut baik pelatihan shalat khusyu sebagai upaya mencapai
tingkatan tertinggi dalam shalat. Secara pribadi, kyai yang juga teknokrat
lulusan ITB (Institut Teknologi Bandung) ini berusaha melakukan shalat sebaik
mungkin dan perkara apakah shalatnya khusyu atau tidak diserahkannya kepada
penilaian Allah.
Nabi Muhammad tidak mengajarkan melainkan
mencontohkan khusyu, karena tidak mudah, jadi disampaikan pada orang-orang
tertentu saja. Di pesantren-pesantren, shalat pasti diajarkan dan khusyu meski
belum bagian kurikulum tapi tentu diberitahukan pada santri. (Yoli/foto Yoli)
Uniknya,
adik dari mantan Presiden Abdurrahman Wahid yang pernah menjadi ketua PB NU dan
wakil ketua Komnas HAM ini menilai kekhusyukan shalat tampak dalam amal
perbuatan seseorang. Menurut pengasuh pondok pesantren Tebu Ireng di Jombang
ini, tidak mungkin orang mendapat khusyu kalau masih bersifat sombong, suka
menipu dan perbuatan buruk lainnya. Khusyu itu memang pengalaman pribadi, namun
efeknya dapat terlihat dalam perbuatan sehari-hari. Berikut petikan
wawancaranya dengan wartawan majalah Khusyu di kediamannya di Jombang,
Apakah
khusyu itu?
Khusyu itu
sifat dari shalat kita. Ini menjadi tujuan dalam melaksanakan shalat. Saya
tidak tahu apakah shalat saya khusyu atau tidak, karena saya menjalaninya saja
dan biarlah Allah yang menilai. Saya sudah membaca buku Pelatihan Shalat Khusyu
karya Ustad Abu Sangkan, ternyata tidak mudah juga khusyu itu. Saya
melaksanakan shalat sebaik mungkin, terserah Allah menilai apakah sudah khusyu
atau tidak. Saya kadang-kadang menangis dalam shalat. Tapi banyak juga orang
yang menangis dalam shalat sementara masih berbuat jahat.
Seperti
puasa yang tujuannya mencapai kemenangan, sebulan penuh kita menahan diri dari
yang membatalkan puasa dan melaksanakan berbagai macam ibadah. Pada bulan
Ramadhan itu ada juga nilai lebihnya yaitu malam Lailatul Qadar. Mungkin ini
mirip dengan khusyu dalam shalat, karena ada yang merasa mendapatkan malam
Lailatul Qadar. Itu bagian dari pengalaman pribadi. Ada orang yang mengklaim
mendapatkan malam Lailatul Qadar, betul atau tidak itu merupakan rahasia Allah.
Setelah
puasa Ramadhan ada yang mengaku mendapat Lailatul Qadar, tapi kalau prilakunya
buruk maka tidak mungkin ia mendapatkan malam Lailatul Qadar. Begitu pula
dengan khusyu, shalat mencegah perbuatan keji dan munkar, bagaimana mungkin
orang mengaku sudah khusyu dalam shalat, sementara amal perbuatannya masih
buruk.
Khusyu itu
naik turun. Mestinya orang yang khusyu nampak efeknya dalam perbuatan, kalau
tidak kelihatan maka tidak mungkin ia sudah khusyu. Ketika orang banyak
berprilaku buruk, di mana letak khusyunya?
Apa
makna positif shalat?
Sebagaimana
yang kita ketahui, dalam shalat diajarkan hal-hal yang positif. Termasuk shalat
berjamaah itu mengajarkan berorganisasi yang baik. Kita bisa mengoreksi
pimpinan atau imam. Kalau imam bacaan shalatnya keliru maka makmum dapat
mengoreksi dengan mengucapkan subahanallah! Apabila imam batal wudhunya,
maka salah satu makmum maju menggantikannya.
Apa
hukum khusyu?
Hukumnya
orang berbeda pendapat. Prinsip saya, jalankan shalat dengan baik dan juga
berbuat baik dengan tulus. Itu saja yang saya lakukan. Sejak kecil ayah saya
sudah wafat. Jadi kakek saya, KH. Bisri Samsuri yang mengajarkan saya shalat
tapi praktek shalat dalam dimensi fikih. Sementara khusyu itu kondisi yang di
atas fikih, yaitu batiniah. Tetapi kakek saya orang yang jujur, bersih, kalau
yang benar ia benarkan dan yang salah ia salahkan.
Selama ini
pelajaran shalat cenderung pada kegiatan fisik saja tapi pengalaman batin tidak
dapat diukur karena itu sangat pribadi. Silahkan saja orang mengaku khusyu,
saya tidak menyalahkannya. Khusyu itu tandanya dalam prilaku, tidak mungkin
orang yang sombong atau jahat sudah mencapai khusyu dalam shalat.
Bagaimana
cara mencapai khusyu?
Cara khusyu
dengan melaksanakan shalat hanya tertuju kepada Allah. Usahakan dalam shalat
itu pikiran kita tidak tertuju kepada yang lain. Sayangnya ini yang sering
terjadi. Orang-orang yang bergerak-gerak terlalu banyak dalam shalat, itu tidak
khusyu. Salah satu cara supaya hanya tertuju kepada Allah dengan memahami makna
bacaan dalam shalat. Pelajari ayat-ayat atau surat-surat yang dibaca dalam
menunaikan shalat.
Khusyu
adalah tingkatan yang tertinggi dalam shalat. Karena kita diperintahkan
meminta tolong pada Allah dengan shalat yang khusyu. Tidak pada semua orang
materi khusyu disampaikan, hanya kepada orang-orang yang siap dengan khusyu.
Orang yang tidak butuh, tidak akan nyambung dengan khusyu.
Posting Komentar