Halloween party ideas 2015

Al khusyu-Uzlah kan mengasingkan diri ke gua atau gunung, tapi kenapa Kampung Bersih Hati ber-uzlah di tengah kota?

Untuk mencapai target satu kampung itu bersih hatinya, tidak mungkin hanya sekedar ilmu yang kita bahas, tetapi ini sudah masuk wilayah praktis, dimana kita harus melakukan suatu riyadha atau latihan-latihan pembersihan hati. Selama tiga hari berturut-turut, kita akan membedakan ketika memisahkan diri dari dunia ini untuk sesaat atau sementara, dengan adanya bersih hati ilham bisa masuk, cahaya Allah akan masuk membimbing.

Dalam surah An nur 35 dijelaskan bahwa;  “Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya, seperti sebuah lubang yang tidak tembus yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam tabung kaca, (dan) tabung kaca itu bagaikan bintang yang berkilauan, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang diberkahi, (yaitu) pohon zaitun yang tidak tumbuh di timur dan tidak pula di barat, yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak di sentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis) Allah memberi petunjuk kepada cahaya-Nya bagi orang yang Dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

Jadi cahaya Allah akan membim­bing hati manusia yang bersih sehingga mencapai ketakwaan. Hal ini tidak hanya sebatas kepada ilmu saja, lepaskan dulu ikatan-ikatan dunia selama tiga atau beberapa hari, yang penting kita punya waktu untuk latihan riyadha.

Semua ditinggalkan dulu, anak, istri, keluarga, pekerjaan ditinggalkan untuk beberapa saat. Pertama yang diperba­nyak zikir dalam satu hari penuh itu, yang kedua melakukan shalat-shalat sunnah, yang ketiga melakukan latihan-latihan pembersihan jiwa, melakukan perjalanan rohani. Perjalanan rohani itu mulai dari pembersihan jiwa itu tadi lalu melakukan pendekatan pendekatan muraqobah dimana kita mempraktekan kitab Mada­rijus Salikin Bab Tamakkun, melakukan pendekatan pendekatan secara dawam, kontinyu, tidak terputus pada posisi maqam ihsan.


Jadi jiwa kita selalu merasa dipantau Allah selama tiga hari penuh, 24 jam teru­s berturut turut tidak boleh putus. Dan selalu berzikir tidak putus putus, maka disitu cahaya makin lama, makin meluas didada kita, insaraha wa fasaha, akan terasa lapang disitu, rasanya tenang. Baru hari pertama sudah tenang, hari kedua makin tenang, hari ketiga semakin dalam. Orang seperti inilah yang dipenuhi hatinya oleh cahaya yang Maha Haq sehingga menjadi manusia-manusia yang jernih hatinya, manusia-manusia spritual yang mengisi kampung kita.


Jadi wajib melakukan latihan-latihan untuk pembersihan jiwa, karena tidak mungkin tanpa latihan. Wajib dilakukan oleh yang seratus orang, apalagi sepuluh orang yang jadi kader utama; harus melakukan perjalanan salik, mendekat secara spritual kepada Allah itu intinya. Tanpa ada pembersihan jiwa kampung ini tidak akan bersih, jadi kampung bersih hati wajib melakukan latihan-latihan pembersihan hati.

Ini perintah Rasulullah jika dalam suatu kaum itu terjadi suatu kejahatan yang sulit untuk kita luruskan maka dalam sebuah hadits kita diperintahkan untuk uzlah. Uzlah itu mengasingkan diri untuk meninggalkan dunia dan mendekat kepada Allah untuk minta petunjuk, lalu kembali lagi untuk menyelesaikan masalah dikampungnya, dinegaranya. Hal seperti ini dilakukan oleh Rasulullah sendiri dengan bertahanuts di Gua Hira karena sudah kecewa dengan masyarakat yang sudah hancur lebur dan setelah itu beliau kembali lagi untuk menyelesaikan masalahnya. Ashabul Kafi juga lari ke gua disebebabkan masyarakat yang zalim, sehingga akhirnya berubahlah negaranya, mudah mudahan ini juga begitu.

Kami uzlah tapi dalam keramaian, tetap berada didalam kota, tetap ada di masjid. Jadi uzlahnya di masjid, tidak di gunung. Tapi sunnahnya seharusnya di gunung yang  sepi di tempat lereng gunung-gunung yang berbatu dan disi­tu ada air yang mengalir disisinya. Itu menurut sebuah hadits sahi Imam Muslim. Imam Al Ghazali pun melakukan sunnah uzlah, semua ulama ulama besar, tokoh-tokoh yang dipenjarapun meniatkan dirinya uzlah, sehingga bisa menulis kitab di dalam penjara. Imam Syafi’i sampai sekarang kitabnya masih ada, setelah sekian ratus tahun. Jadi uzlah itu menghasilkan cahaya, bukan mengasingkan diri  untuk meninggalkan dunia lalu tidak kembali ke masyarakat.

Uzlah bisa haram bisa wajib, yang ditakutkan orang itu yang haram; mening­galkan dunia, kemudian tidak ada aktifitas dunia, meninggalkan dakwah, ini yang diharamkan. Jadi yang halal, bahkan wajib untuk dilakukan adalah kembali ketengah kehidupan ramai setelah membersihkan jiwa untuk meneruskan perjuangannnya. (Rafles Rasyidin)

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.