Al khusyu- Dengan
begitu program apa saja yang akan dilakukan kampung bersih hati ?
Program
utama yang menjadi tujuan adalah dakwah, mengajak, makanya harus menjadi
marketing yang baik. Marketing yang baik ini berarti harus menjual sesuatu yang
membuat orang tertarik dengan kita. Yang kita jual akhlak, keimanan dan kita
akan mengiklankan diri bahwa ketika berzikir hatimu akan bahagia. Sama dengan
iklan azan Hayya’ala shalah..hayya’alah falah...asshalaatu khairun
minannaum...Itu iklan. kalau muazminya tidak pernah tahu kalau shalat
itu lebih baik dari pada tidur. Itu marketing yang baruk, dan jelek, kalau dia
tidak menampakan dirinya berakhlak atau shalat lebih baik dari pada tidur.
Sama dengan
Anda mengajarkan zikir tapi tidak bahagia, tidak beruntung dan tidak tenang,
itu juga marketing yang buruk. Anda mengajak berakhlak tapi kelakuan tidak
berakhlak. Banyak marketing-marketing atau dalam bahasa kita dai-dai, pengajak
pengajak itu tidak sesuai dengan apa yang diucapkan. Nah itupun dapat ancaman
Allah, dosa besar disisi Allah orang yang berkata tapi perilakunya tidak sesuai
dengan perbuatan, ini menjadi preseden buruk bagi pergerakan dakwah.
Makanya kita
membina sepuluh marketing saja yang berada dibawah kontrol Shalat Center yang
sesuai dengan urut-urutan ilmunya, mengikuti hadis-hadis dan Sunnah Rasululah
maupun Al Quran yang akan menata perilaku tubuh, menata kehidupan. Inilah yang
akan menjadi marketing yang baik. Orang akan melihat, tanpa perlu dikasih tahu,
enak ya Shalat Center itu, ekonominya jalan , networkingnya bagus, kemudian
orangnya amanah. Kalau orang sudah
amanah, nanti akan dicari orang untuk berdagang, tanpa kita harus marketingkan
diri saya amanah tapi justru tidak amanah.
Mukmin saja
artinya orang yang dapat dipercaya. Nah kita mulai dari sini, mulai dari
percaya dan dipercaya, ucapan kita tidak pernah bohong. Makanya saya keras,
sangat-sangat keras terhadap orang yang
berbohong. Saya tidak perlu 1000 orang pembohong, cukup satu yang jujur akan menghasilkan barokah yang
luar biasa.
Terus dari
program-program ini kita akan menciptakan keadaan, suasana Al Qur’an itu
menjadi berwujud aplikasi sehingga orang senang dengan Al Qur’an, bukan hanya
saja menghafal Al Qur’an. Tapi senang
terhadap Al Qur’an karena sudah menjadi wujud perilaku, wujud negara, wujud
masyarakat. Ini yang dikejar oleh orang, pasti dia akan lari mendekat ke Al
Qur’an yang sudah terwujud. Orang pergi meninggalkan Al Qur’an karena tidak ada
wujud. Nah sekarang saya ingin mewujudkan Al Qur’an, kalau kata pak Qurais
Sihab membumikan Al Qur’an. Tapi membumikan ada dua pengertian, ditenggelamkan
didalam kuburan, atau di tanam seperti
pohon pohon yang tumbuh. Yang saya khawatirkan, di kebumikan, dikubur
he...heee..
Jadi perlu diganti artinya dengan menumbuhkan
Al Qur’an, menanam Qur’an sehingga tumbuh lagi. Sehingga Al Qur’annya berbuah,
Al Qur’annya sudah menjadi ladang yang luas dan subur. Saya ingin menumbuhkan
itu, walaupun hanya pada sepuluh orang saja. Betapa indahnya yang sepuluh orang
itu bertumbuh dengan Al Qur’an, hidup dengan Al Qur’an dan seterusnya.
Ini kita
mulai dengan gerakan serentak, saya katakan kepada kawan kawan jamaah se
Indonesia, kenapa kita undang persepuluh orang. Sepuluh orang ini agar selalu
datang ke majelis kita, agar memiliki chemestry yang sama, getaran yang sama,
ghirah yang sama, pikiran yang sama. Kalau sendiri datang dalam uzlah selalu
gagal. Karena chemestry-nya sendirian, tidak ada kekuatan , tetapi kalau ada
sepuluh orang kita ajarkan getaran yang sama, pemikiran yang sama, tujuan yang
sama akan selalu bergetar, kalau lemah salah satu, dia akan kalah getarannya
dengan yang sembilan. Jadi bisa bersinergi dan powerfull.
Dari sini
dia akan berkembang, satu orang menggetarkan satu orang yang lain, satu orang
menggetarkan yang lain lagi. Nah di Al Qur’an kan disebutkan, kekuatan sepuluh
orang sabar akan mengalahkan seratus
orang yang tidak sabar, kalau dua puluh dia akan mendapatkan dua ratus orang,
kalau seratus orang dia menjadi seribu orang, targetnya memang begitu, kita
mendasari Al Qur’an selalu. Kalau seandainya memulai dengan100 orang hari ini
setiap halaqah di setiap wilayah, seratus orang ini nanti akan direct lagsung,
saya yang mengajar, saya akan datangi mereka agar ada chemistry-nya yang
seratus orang itu. Kalau seratus orang punya chemistry yang sangat kuat tujuan
sama, pikiran sama, hati sama, selalu itikaf bersama, uzhlah bersama, maka akan
menghasilkan chemistry yang powerfull. Pasti hukumnya, bahwa seratus orang
yang sabar, bertaqwa itu yang pertama rizkinya
akan mengalir, keberkahan akan mengalir.
Selanjutnya dia akan bergerak menyampaikan apa yang dia
rasakan, otomatis dari sepuluh orang itu saja bergerak akan menjadi seratus
orang, seratus orang bergerak menyampaikan akan ada seribu orang, dan seribu
orang masing-masing melakukan gerakan yang sama, maka ada 46 cabang shalat
center dalam satu tahun, pasti akan ada 46.000 orang.
Andaikan
saja mereka berinfaq Rp 20.000 saja, itu manfaatnya terhadap umat besar sekali.
Karena kebiasaan orang shalat khusyu’ itu adalah infaq, zakat bersandingan.
Yang menolak biarkan saja, Islam itu tetap saja hubungannya dengan zakat dan
infaq. Tidak usah banyak-banyak 20.000 rupiah saja dengan 46.000 orang sudah
920 juta rupiah, berapa banyak itu setiap bulan. Itu Cuma 20 ribu rupiah, kalau
seratus ibu rupiah sudah berapa milyar dalam satu bulan?
Maka jamaah
shalat khusyu adalah jamaah yang makmur, jamaah yang mendapatkan barokah,
jamaah yang mendapatkan rizki mengalir. Belum manfaat yang lain, kita punya
network, seperti muslim zaman dulu networknya kuat dan digerakan oleh
perdagangan, tidak ada pegawai negeri, perdagangan semua. Orang Gujarat itu
bergerak dengan perdagangan, kenapa? Karena berhasil dengan networking. Nah
sekarang dalam bisnis networking pun diperlukan dan seterusnya. Tapi itu impact-impact
saja, justru bukan itu tujuannya utama kita, tapi dakwahnya sampai,
tersalurkan. Itu yang saya katakan,
Allah dulu yang kita perjuangkan, maka rizki akan mengalir sebagai dampaknya,
kita perjuangkan dulu sekuat kuatnya, hanya dengan satu orang memikirkan
sepuluh orang.
Kalau
itu tidak tercapai, apa langkah berikutnya?
Bagaimana
teknisnya kalau tidak mampu mengembangkan kepada yang 100 orang, yang pertama?
Abu Sangkan membantu, adakan Tabligh Akbar, persiapkan sepuluh orang panitia
yang punya chemistry yang sama, adakan pelatihan kalau bisa lebih dari seribu
orang, maka yang seratus orang itu akan tercakup disitu, akan kita rekrut, itu
yang akan kita pelihara jangan lebih dulu. Boleh dua ratus orang tapi jangan
dulu, seratus orang kita matangkan sampai benar-benar dia sudah menjalankan
lagkah langkah zikir, latihan latihan zikir, masuk halaqah sampai matang
ilmunya. Kita didik sampai mencapai tingkatan tingkatan ilmu yang bisa dianggap
sudah cukup baik sebagai kader seratus orang yang nantinya akan bisa
menggerakan kepada seribu orang tadi.
Posting Komentar