Halloween party ideas 2015

Al khusyu-  Dengan begitu program apa saja yang akan dilakukan kampung bersih hati ?

Program utama yang menjadi tujuan adalah dakwah, mengajak, makanya haru­s menjadi marketing yang baik. Marketing yang baik ini berarti harus menjual sesuatu yang membuat orang tertarik dengan kita. Yang kita jual akhlak, keimanan dan kita akan mengiklankan diri bahwa ketika berzikir hatimu akan bahagia. Sama dengan iklan azan Hayya’ala shalah..hayya’alah falah...asshalaatu khairun minannaum...Itu iklan. kalau muazminya tidak pernah tahu kalau shalat itu lebih baik dari pada tidur. Itu marketing yang baruk, dan jelek, kalau dia tidak menampakan dirinya berakhlak atau shalat lebih baik dari pada tidur.

Sama dengan Anda mengajarkan zikir tapi tidak bahagia, tidak beruntung dan tidak tenang, itu juga marketing yang buruk. Anda mengajak berakhlak tapi kelakuan tidak berakhlak. Banyak marketing-marketing atau dalam bahasa kita dai-dai, pengajak pengajak itu tidak sesuai dengan apa yang diucapkan. Nah itupun dapat ancaman Allah, dosa besar disisi Allah orang yang berkata tapi perilakunya tidak sesua­i dengan perbuatan, ini menjadi preseden buruk bagi pergerakan dakwah.

Makanya kita membina sepuluh marketing saja yang berada dibawah kontrol Shalat Center yang sesuai dengan urut-urutan ilmunya, mengikuti hadis-hadis dan Sunnah Rasululah maupun Al Quran yang akan menata perilaku tubuh, menata kehidupan. Inilah yang akan menjadi marketing yang baik. Orang akan melihat, tanpa perlu dikasih tahu, enak ya Shalat Center itu, ekonominya jalan , networkingnya bagus, kemudian orangnya amanah.  Kalau orang sudah amanah, nanti akan dicari orang untuk berdagang, tanpa kita harus marketingkan diri saya amanah tapi justru tidak amanah.
Mukmin saja artinya orang yang dapat dipercaya. Nah kita mulai dari sini, mulai dari percaya dan dipercaya, ucapan kita tidak pernah bohong. Makanya saya keras, sangat-sangat keras  terhadap orang yang berbohong. Saya tidak perlu 1000 orang pembohong, cukup satu  yang jujur akan menghasilkan barokah yang luar biasa.

Terus dari program-program ini kita akan menciptakan keadaan, suasana Al Qur’an itu menjadi berwujud aplikasi sehing­ga orang senang dengan Al Qur’an, bukan hanya saja menghafal Al Qur’an.  Tapi senang terhadap Al Qur’an karena sudah menjadi wujud perilaku, wujud negara, wujud masyarakat. Ini yang dikejar oleh orang, pasti dia akan lari mendekat ke Al Qur’an yang sudah terwujud. Orang pergi meninggalkan Al Qur’an karena tidak ada wujud. Nah sekarang saya ingin mewujudkan Al Qur’an, kalau kata pak Qurais Sihab membumikan Al Qur’an. Tapi membumikan ada dua pengertian, ditenggelamkan didalam kuburan, atau di tanam  seperti pohon pohon yang tumbuh. Yang saya khawatir­kan, di kebumikan, dikubur he...heee..

Jadi perlu diganti artinya dengan menumbuhkan Al Qur’an, menanam Qur’an sehingga tumbuh lagi. Sehingga Al Qur’annya berbuah, Al Qur’annya sudah menjadi ladang yang luas dan subur. Saya ingin menumbuhkan itu, walaupun hanya pada sepuluh orang saja. Betapa indahnya yang sepuluh orang itu bertumbuh dengan Al Qur’an, hidup dengan Al Qur’an dan seterusnya.

Ini kita mulai dengan gerakan serentak, saya katakan kepada kawan kawan jamaah se Indonesia, kenapa kita undang persepuluh orang. Sepuluh orang ini agar selalu datang ke majelis kita, agar memiliki chemestry yang sama, getaran yang sama, ghirah yang sama, pikiran yang sama. Kalau sendiri datang dalam uzlah selalu gagal. Karena chemestry-nya sendiri­an, tidak ada kekuatan , tetapi kalau ada sepuluh orang kita ajarkan getaran yang sama, pemikiran yang sama, tujuan yang sama akan selalu bergetar, kalau lemah salah satu, dia akan kalah getarannya dengan yang sembilan. Jadi bisa bersinergi dan powerfull.

Dari sini dia akan berkembang, satu orang menggetarkan satu orang yang lain, satu orang menggetarkan yang lain lagi. Nah di Al Qur’an kan disebutkan, kekuatan sepuluh orang sabar akan menga­lahkan  seratus orang yang tidak sabar, kalau dua puluh dia akan mendapatkan dua ratus orang, kalau seratus orang dia menjadi seribu orang, targetnya memang begitu, kita mendasari Al Qur’an selalu. Kalau seandainya memulai de­ngan100 orang hari ini setiap halaqah di setiap wilayah, seratus orang ini nanti akan direct lagsung, saya yang mengajar, saya akan datangi mereka agar ada chemistry-nya yang seratus orang itu. Kalau seratus orang punya chemistry yang sa­ngat kuat tujuan sama, pikiran sama, hati sama, selalu itikaf bersama, uzhlah bersama, maka akan menghasilkan chemistry yang power­full. Pasti hukumnya, bahwa seratus orang yang sabar, bertaqwa itu yang pertama rizkinya  akan mengalir, keberkahan akan mengalir.


Selanjutnya  dia akan bergerak menyampaikan apa yang dia rasakan, otomatis dari sepuluh orang itu saja berge­rak akan menjadi seratus orang, seratus orang bergerak menyampaikan akan ada seribu orang, dan seribu orang masing-masing melakukan gerakan yang sama, maka ada 46 cabang shalat center dalam satu tahun, pasti akan ada 46.000 orang.

Andaikan saja mereka berinfaq Rp 20.000 saja, itu manfaatnya terhadap umat besar sekali. Karena kebiasaan orang shalat khusyu’ itu adalah infaq, zakat bersandingan. Yang menolak biarkan saja, Islam itu tetap saja hubungannya dengan zakat dan infaq. Tidak usah banyak-banyak 20.000 rupiah saja de­ngan 46.000 orang sudah 920 juta rupiah, berapa banyak itu setiap bulan. Itu Cuma 20 ribu rupiah, kalau seratus ibu rupiah sudah berapa milyar dalam satu bulan?

Maka jamaah shalat khusyu adalah jamaah yang makmur, jamaah yang mendapatkan barokah, jamaah yang mendapatkan rizki mengalir. Belum manfaat yang lain, kita punya network, seper­ti muslim zaman dulu networknya kuat dan digerakan oleh perdagangan, tidak ada pegawai negeri, perdagangan semua. Orang Gujarat itu bergerak dengan perdagangan, kenapa? Karena berhasil dengan networking. Nah sekarang dalam bisnis networking pun diperlukan dan seterusnya. Tapi itu impact-impact saja, justru bukan itu tujuannya utama kita, tapi dakwahnya sampai, tersalurkan.  Itu yang saya katakan, Allah dulu yang kita perjuangkan, maka rizki akan mengalir sebagai dampaknya, kita perjuangkan dulu sekuat kuatnya, hanya dengan satu orang memikirkan sepuluh orang.

Kalau itu tidak tercapai, apa langkah berikutnya?

Bagaimana teknisnya kalau tidak mampu mengembangkan kepada yang 100 orang, yang pertama? Abu Sangkan membantu, adakan Tabligh Akbar, persiapkan sepuluh orang panitia yang punya chemistry yang sama, adakan pelatihan kalau bisa lebih dari seribu orang, maka yang seratus orang itu akan tercakup disi­tu, akan kita rekrut, itu yang akan kita pelihara jangan lebih dulu. Boleh dua ratus orang tapi jangan dulu, seratus orang kita matangkan sampai benar-benar dia sudah menjalankan lagkah langkah zikir, latihan latihan zikir, masuk halaqah sampai matang ilmunya. Kita didik sampai mencapai tingkatan tingkatan ilmu yang bisa dianggap sudah cukup baik sebagai kader seratus orang yang nantinya akan bisa menggerakan kepada seribu orang tadi.

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.