Al khusyu-Hampir semua
orang merasakan bahwa shalat itu amatlah berat, kecuali bagi yang khusyu'.
Banyak usaha dan upaya untuk mencapai khusyu, namun selalu saja gagal. Oleh
sebab itu banyak orang mencari cara bagaimana untuk mendapatkan khusyu'
tersebut, ada yang melakukannya dengan berdzikir berulang ulang hingga ribuan
kali dan dilakukan setiap hari sehingga merasakan getaran dalam hati dan
tubuhnya. Jika sudah merasakan keadaan ini maka mereka melakukan shalat, rasa
tenang diluar shalat digunakan didalam shalat.
Bagi orang
yang tidak faham, mungkin ini dianggap yang terbaik. Sekilas memang demikian,
namun keadaan ini telah menipu kita selama bertahun tahun. Kita telah tertipu
oleh pikiran dan perasaan. Mungkin perkataan saya ini banyak yang menentang
terutama bagi yang telah merasakan keadaan enaknya dzikir yang kemudian dia
bawa ke dalam shalat.
Seharusnya
tidaklah demikian, sebab shalat adalah dzikir yang tertinggi; Sungguh, Aku
ini Allah, tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Aku, maka sembahlah Aku
dan laksanakanlah shalat untuk mengingat Aku (QS. Thahaa :14)
Perhatikan
kalimat ini, wa aqimish shalah lidzikrii. Maka jelaslah bahwa shalat adalah
merupakan dzikir yang tertinggi. Apa bedanya dengan dzikir biasa diluar shalat
? Dzikir diluar shalat tidak terlalu banyak syarat dan rukun dan wajibnya,
sehingga kita diperbolehkan untuk berdzikir tanpa harus memiliki wudhu' boleh
sambil berdiri, duduk, dan berbaring atau sambil beraktifitas lainnya.
Sedangkan shalat merupakan ritual yang disyariatkan dengan sangat ketat,
dikarenakan sholat memiliki rukun sholat , wajib dan sunnahnya. Shalat
merupakan mikrajul mukmin.
Rasulullah
saw diperintahkan untuk menemui Allah tanpa perantara malaikat Jibril. Sehingga
sholat adalah shilatun wa liqa'un bainal abdi wa Rabbi. Sholat adalah merupakan
hasil dari perjumpaan dengan Tuhan,hasil inilah yg akan dibawa di dalam
kehidupan sehari hari, bukan dari keadaan dzikir diluar sholat yang dia bawa ke
dalam sholat.
Maka
jelaslah ada perbedaan yg sangat jauh tentang hal ini kecuali bagi orang yang
belum merasakannya , karena hasil dari kenikmatan sholat itu akan membekas
diluar sholat.
فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلاَةَ فَاذْكُرُواْ اللّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِكُمْ فَإِذَا اطْمَأْنَنتُمْ فَأَقِيمُواْ الصَّلاَةَ إِنَّ الصَّلاَةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَّوْقُوتًا
Maka apabila kamu telah menyelesaikan
shalat, ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring.
Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu
(sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan
waktunya atas orang-orang yang beriman.(An Nisa 103)
Rasullah
menunggu nunggu waktu datangnya sholat karena beliau bisa membedakan kenikmatan
dzikir di dalam sholat dan dzikir diluar sholat ,hal ini diwujudkan dalam
bentuk sholat sholat wajib dan sholat sunnah yang jumlahnya sangat banyak, mari
kita hitung jumlah sholat sunnah nabi baik yang sunnah hariannya,maupun sholat
sunnah yang diperlukan secara khusus dan mari kita bandingkan dzikir biasa dan
dzikir di dalam sholat.
Dzikir biasa
hanya duduk lalu menyebut nama Allah..Allah dan nama –nama-Nya yang
lain,sedangkan dzikir dalam sholat adalah melakukan pemujaan dan pengagungan,
berkomunikasi yang berupa doa permohonan ampun istigfar, ada ketundukan ada
perjumpaan, ada kesadaran dilihat
Allah, ada kesadaran dilihat Allah dalam
rukuk dan sujud serta dituntun cara berkomunikasinya sehingga diharapkan mampu
menangkap sambutan Allah yaitu fadzkuruni adzkurkum, ingatlah Aku maka Aku akan
mengingatmu, keadaan ini yg membuat sholat menjadi sangat nikmat karena rasa
itu diturunkan huwalladzi anzala sakinata fi qulubil mukminin lizasdadu imanam
ma'a imanihim (QS.Al Fath :4).
Ternyata
ilmu Fiqh itu benar, kita belajar sejak kecil namun tidak tahu dan paham untuk
apa. Mengapa Allah menyuruh kita untuk tumakninah jika tidak akan batal, sebab
tumakninah adalah salah satu rukun dan bentuk adanya komunikasi fadzkurini
adzkurkum di dalam sholat, dan kita diperintahkan sadar setiap kali membaca doa
dan pujian dalam shalat, lalu rasanya terkontrol oleh syariat yang benar, tidak
boleh bergerak diluar yang telah ditentukan, ternyata memang tidak perlu.
Karena
bicara dengan Allah bukan sampai menggelepar seperti ahli dzikir yang berteriak
teriak. Rasanya shalat itu lembut, sejuk, nikmat, ijlalan, wu dzullan, wa
ingkisaran,sajdatan laa yarfa'u ra'sahu 'anha hatta yalqahu. Sungguh luar biasa
keadaan perjumpaan dengan Allah dalam sujud. (Abu Sangkan)
Posting Komentar