Al khusyu- Bismillahirahmannirahim,
Satu prinsip utamanya adalah
jangan ‘mencari’ khusyu’, cukup siapkan diri untuk ‘menerima’ khusyu’ itu,
karena khusyu’ bukan kita ciptakan tapi ‘diberi langsung’ oleh Allah sebagai
hadiah nikmat kita menemuiNya.
Rileks
Maka saya bersikap rileks.
Kepala hingga pinggang dikendorkan, jatuh laksana kain basah yang dipegang
ujungnya dari atas. Berat badan mengumpul di kaki yang kemudian serasa keluar
akarnya, mengakar ke bumi. Berdiri santai, senyaman kita berdiri. Abu Sangkan
(1) menggambarkan laksana pohon cemara, meluruh atasnya, kukuh akarnya sehingga
luwes tertiup angin namun tak roboh. Bersikap rileks menyiapkan diri kita untuk
siap ‘menerima’ kurnia khusyu’, karena khusyu’ itu diberi bukan kita ciptakan.
Lalu saya mulai bertakbir,
Allahu Akbar. Dan selanjutnya saya baca dengan pelan-pelan. Karena bacaan subuh
harus diucapkan agak keras, maka saya rendahkan suara saya. Pelan (Perlahan)
sesuai tips buku itu, rendah suara karena – jujur - saya agak malu kalau suara
saya terdengar isteri saya yang sedang tiduran. Rasanya seperti baru belajar
solat lagi.
Saya berdiri lama, banyak
berhenti kalau memang sedang tidak ingin baca. Saya meresapi kesendirian dan
berusaha menangkap kehadiran Tuhan yang sesungguhnya amat dekat dengan kita,
namun kita tumpul untuk merasakannya. Saya sedang menemui-Nya sekarang. Saya,
roh saya tepatnya. Badan fisik ini hanyalah alat yang mengantar roh ini
berjumpa kembali dengan yang dicintainya, ialah Allah yang meniupkan roh ini
dahulu ke dalam badan fisik.
Ketika kita solat, selain
badan fisik kita ini solat pula roh kita. Roh inilah yang benar-benar ingin
solat - kembali menemui Tuhannya- sementara badan fisik ini sarana kita
mengantarnya dengan gerakan dan bacaan. Roh kita ini sesungguhnya ingin solat
dengan tenang, santai, tuma’ninah.
Sayangnya badan kita ‘ngebut’ (suka berebut,
lekas, cepat, terburu-buru) jadilah roh kita itu jengkel. sejengkel-jengkelnya
kerana selalu ketinggalan gerakan badan. Maka tips sederhana dari buku itu
adalah jika ruku’, tunggu, tunggu hingga roh ikut mantap dalam ruku’ itu. Saat
I’tidal, tunggu, tunggu hingga roh mu ikut mantap I’tidal. Demikian pula saat
sujud, duduk antara dua sujud, juga duduk tasyahud. Tunggu, tunggu hingga roh
mu ikut sujud, ikut duduk, ikut tasyahud.
Berikan Kesempatan Pada Roh Kita
Berikan kesempatan roh kita -
sebut saja “aku” yang sejati - untuk mengambil sikap solatnya. Dia agak lamban,
namun sholat ini utamanya untuk ‘aku” kita itu, bukan untuk badan fisik kita.
Maka saya solat dengan sangat
perlahan. Santai. kalau sedang malas baca, saya diam saja. menikmati kepasrahan
saya hadir menemui Tuhan. Saya baca bacaan solat dengan pelan .. Saya mencoba
berdialog, dan itulah memang esensi sholat.
Esensi Solat Adalah Do'a, Berdialaog Dengan Allah
Secara Langsung
Kita sebenarnya diberi
kesempatan untuk mengadu. Kita adukan semua persoalan kita kepada Allah. Kita
adukan semua kebingungan kita, pekerjaan, rezki, kesehatan, cinta, dan semua
apapun. Kita mengadu, dan kita pasrah menunggu dijawab. Dan pasti Allah
menjawabnya langsung. Roh bisa merasakannya, namun kalau dia dipaksa
tertinggal-tinggal oleh gerakan badan, maka dia tidak sempat menikmati
pertemuan dengan Allah itu.
Saat ruku’ saya ruku’ lama,
sambil menarik regang kaki dan punggung saya. Nikmati saja seperti menikmati
peregangan bila senam. Saat sujud, saya tumpukan kepala sebagai tumpuan utama.
Nikmat rasanya ‘terpijat’ dahi ini oleh gerak sujud. Saat roh telah ikut sujud,
saya baca dengan penghayatan, “Subhana robbiyal a’laa wa bi hamdih” (Maha Suci
Engkau yang Maha Tinggi dan Maha Terpuji). Rasanya nikmat sekali sujud lama.
Lalu, lalu saya duduk setelah
sujud. Saya baca sepotong-sepotong bacaannya, sesuai tips buku itu.
Robbighfirlii (Ya Tuhan ampunilah aku). Lalu saya diam. Tiba-tiba keluar
sendiri air mata, saya menangis karena menyadari betapa dalam makna kalimat
pengaduan ini. Kita minta secara langsung untuk dimaafkan. Roh kita meminta
secara langsung, dan Allah menjawabnya.
Saya menangis. Roh saya, kita
yang sejati, menangis.
# War hamnii (dan sayangilah
aku), air mata itupun tumpah.
# Wajburnii. Diam.
# War fa’nii. Diam. Saya tak
terlalu yakin arti yang saya baca. Tapi saya makin menangis.
# Warzuqnii (beri rizki
padaku -Ya Allah), air mata saya tumpah, betul-betul saya tiba-tiba sadar bahwa
selama ini saya mengejar-ngejar rezeki tapi tidak serius mengakui itu dariNya,
lalu saat ini saya sedang memintanya langsung!
# Wahdinii (tunjukilah aku
-karena aku sedang bingung dan tak tahu). Diam, saya menangis.
# Wa’aafinii (dan sihatkan
aku -aku yang sedang sakit pelik).
# Wa’fuannii (dan maafkan
aku- yang banyak dosa ini). Saya duduk lama sekali. Sambil mengusap air mata
yang bercucuran.
Saya Mengangkat Tangan Seperti Seorang Pengemis
Solat Subuh dua rakaat ini
panjang. Ditutup dengan tasyahud yang menggetarkan. Apalagi ketika membaca
“Assalaamu’alainaa wa ‘alaa ibaadillahisshoolihiin” (keselamatan mohon
dikaruniakan kepada kami - para roh yang sedang menemuiMu - dan atas roh-roh
ahli-ahli ibadah yang soleh). Saya menangis terus-menerus, sehingga berulang
kali mengusap hingus yang keluar dari hidung.
Setelah solat, sesuai dengan
tips buku itu, saya mulai berdoa dengan meratap. Saya ucapkan hanya, “Ya Allah…
Ya Allah… Ya Allah…”, sambil mengangkat tangan setinggi wajah seperti seorang
pengemis yang meminta-minta. Berkali-kali, hingga hati saya siap berdoa.
Saya ingat buku Al Ghazali
dulu saya baca, sekitar 15 tahun lalu, yang berjudul Rahasia Solat. Salah satu
point yang saya ingat adalah, kalau kita ingin dekat Allah maka kita harus
sungguh-sungguh memanggilnya laksana seorang anak kecil yang ketakutan karena
ada ular atau bahaya, lalu memanggil-manggil ayahnya, “Ayah… Ayah… Ayah…”, maka
ayahnya pasti datang dengan seruan itu dan melindungi anak tersebut.
Demikianlah
kalau kita ingin bebas dari maksiat, kata Al Ghazali, maka kita harus panggil
dengan betul-betul ketakutan akan maksiat tersebut, kita panggil pelindung kita
dengan sungguh-sungguh seakan anak kecil memanggil-manggil ayahnya, maka akan
dilindungi kita dari maksiat tersebut.
Lalu saya berdoa, dengan
masih terus menangis. Saya merasa mengadu dan masih mengadu di depan Tuhan
secara langsung. Saya mengikhlaskan apapun jawaban dari doa saya tersebut.
Saya bahagia bisa merasakan
solat seperti itu. Tidak akan tergantikan dengan uang dan kemewahan dunia
lainnya.
Sungguh Pengalaman Yang Menakjubkan
Sungguh pengalaman yang
menakjubkan. Cerita berhalaman-halaman tidak akan mampu melukiskan hal itu.
Silakan coba sendiri, rasakan sendiri, menangislah bermohon kepada Allah.
Khusyu’ dalam solat adalah
cermin kekhusyu’an seseorang di luar solat.
Khusyu’ dalam solat adalah
sebuah ketundukan hati dalam zikir dan kosentrasi hati untuk taat, maka ia
menentukan nata’ij (hasil-hasil) di luar solat. Oleh kerana itulah Allah
memberi jaminan kebahagiaan bagi mu’min yang khusyu’ dalam solatnya.
“Sungguh beruntung orang-orang yang beriman. Yaitu
orang-orang yang dalam solatnya selalu khusyu” (Al-Mu’minun:1-3).
Begitu juga iqamatush-shalah
yang sebenarnya akan menjadi kendali diri sehingga jauh dari tindakan keji dan
munkar. Allah berfirman; “Dan tegakkanlah
solat, sesungguhnya solat itu mencegah tindakan keji dan munkar”
(Al-Ankabut:45).
Sebaliknya, orang yang
melaksanakan solat sekadar untuk menanggalkan kewajiban dari dirinya dan tidak
megambil berat kualitas solatnya, apa lagi waktunya, maka Allah dan Rasul-Nya
mengecam pelaksanaan solat yang semacam itu. Allah berfirman; “Maka celakalah orang-orang solat, ia itu
orang-orang yang lalai dari solatnya” (Al-Maun: 4-5)
Solat yang tidak khusyu’
merupakan ciri solat orang-orang munafik. Seperti yang Allah firmankan; “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu
Allah, padahal Allah (balas) menipu mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk
solat mereka berdiri malas-malasan, mereka memamerkan ibadahnya kepada banyak
orang dan tidak mengingat Allah kecuali sangat sedikit” (An-Nisa’:142).
Rasulullah saw. Bersabda; “Itulah
solat orang munafiq, ia duduk-duduk menunggu matahari sampai ketika berada di
antara dua tanduk syetan, ia berdiri kemudian mematok empat kali, ia tidak
mengingat Allah kecuali sedikit.” (Diriwayatkan Al-Jama’ah kecuali Imam
Bukhari).
Semoga Allah memberi karunia
dan rahmat , khusyu ni'mat dalam solat bagi kita bersama aamiin
Wallahua'lam bishawab,
Semoga bermanfaat (Harisman: Pembina SC Pusat).
Semoga bermanfaat (Harisman: Pembina SC Pusat).
Posting Komentar