Al khusyu- Seluruh Nabi mengajak manusia mengenal Allah dan bergantung
kepada -Nya. Ajaran
yang sangat sederhana, tetapi menjadi tidak sederhana. Kita menjadi penat dalam
berkeTuhanan. Kita menjadi bingung karena uraian tentang Tuhan terlalu
berliku-liku. Seharusnya kita ber-Tuhan seperti para Sahabat :Bilal ra, seperti
Umar bin Khattab ra,seperti Khalid bin Walid ra atau seperti tukang sihir Fir'aun
yang berkata "amantu bi rabbi Musa wa Harun" :" Aku beriman
kepada Tuhannya Musa dan Harun ".
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Mengapa mereka sangat sederhana dalam percaya kepada Allah.
Dimana perbedaan mereka dengan kita ? Sebab mereka berasal dari kalangan
musyrikin yang menyaksikan Tuhan-Tuhan mereka telah terkalahkan oleh kekuatan
para Rasul yang ber-Tuhankan Allah,
kemudian mereka menyaksikan secara langsung kekuatan Tuhan-Tuhan yang dianggap
paling hebat ternyata tidak mampu berbuat apa-apa dan dapat dihancurkan oleh
para utusan Allah ini.
Nah, disaat mereka goyah dan ragu atas Tuhan yang selama ini
mereka puja dan sembah, hatinya berpindah kepada Tuhan-nya Musa as,Harun as,dan
Muhammad SAW. "amantu bi rabbi musa wa harun" ( kalimat ini
disampaikan oleh tukang sihir Fir'aun karena sihirnya dikalahkan oleh kekuatan
Allah-nya Musa dan Harun) tanpa ia sadari hatinya sudah lepas dan menolak
kekuatan sihir yang ia
miliki yang berasal dari kekuatan iblis.
Ketika ia menolak itulah iman yang sesungguhnya menjadi
keadaan jiwa mereka. Demikian pula para sahabat ketika masuk Islam, mereka
telah menyaksikan kekuatan Tuhan yang selama ini disembah dan dipuja telah
runtuh oleh kekuatan Tuhannya muhammad SAW !! Setelah mereka sadar atas
kekalahan para Tuhan mereka, lalu mereka bertanya kepada Rasulullah, bagaimana
caranya Aku ber-Tuhan kepada Allah padahal aku tidak mampu melihat-Nya.
Allah berfirman :
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka
(jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang
berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala
perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada
dalam kebenaran.
Kemudian Allah berfirman :
وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ
“Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya” [QS. Qaaf : 16].
وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ
“Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya” [QS. Qaaf : 16].
“Dari Abi Musa Radhiallahu ‘anhu ia berkata: Kami pernah
bersama Rasulullah dalam suatu perjalanan, kemudian orang-orang mengeraskan
suara takbir mereka, maka Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Wahai
para manusia, kasihanilah dirimu dan rendahkanlah suaramu! sesungguhnya kamu
tidak sedang menyeru Zat yang tuli (pekak) dan tidak juga yang jauh. Sesungguhnya
kamu sedang menyeru Yang Maha Mendengar lagi Maha Dekat.” (Riwayat al-Bukhori,
3/1091, hadis no: 2830. DanMuslim, 4/2076, hadis no: 2704). Dia ada sangat
dekat bersama kita, innallaha ma'ana !! Wahuwa ma'akum ainama kuntum .
Dimana perbedaan mereka dengan kita. Mereka beriman kepada
Allah disebabkan hatinya telah hancur dan kecewa terhadap Tuhan-Tuhan yang
selama ini mereka puja dan sembah."
Sedangkan kita masuk Islam bukan alasan kekecewaan terhadap
apa-apa yang kita puja dan sembah, kita masih mengagumi berhala-berhala dalam
hati kita. Hati kita masih berisi kemusyrikan baik kecil maupun besar. Kita
belum masuk Islam dengan sesungguhnya. Kita hanya terpaksa harus ber-islam
akibat orang tua yang sudah Islam. Kita keturunan islam bukan islam yang
sebenarnya.
Mari kita tengok hati kita pagi ini, sudahkan kita kecewa dengan
apa yang kita kagumi selain Allah. Sudahkah kita goyah dengan apa yang kita
bergantung kepadanya. Sudahkah kita berpindah hati secara tuntas kepada Allah
sehingga kita berkata :Amantu bi rabbi Musa wa Harun !!
Atau kita berkata Aku menyaksikan kebenaran Allah dan
Muhammad !! Seperti disaat Hushain bin Mudzir Al Khaza'I masuk islam karena ia
telah kecewa dengan Tuhan-Tuhan yang selama ini ia puja, kemudian ia bersimpuh
dihadapan Rasulullah SAW dan ia ucapkan dua kalimat syahadat.
Ketika ia percaya secara tuntas tanpa kemusyrikan sama
sekali ia berhak mendapatkan ilmu ilham !! Ia boleh “berbicara” dengan Allah,
ia akan mendapatkan bimbingan langsung dari Allah berupa hidayah melalui al
himni rusydi wa qinii syarran nafsi : (“Ya Allah, ilhamkanlah kepadaku
kecerdasan dan lindungilah aku dari kejahatan nafsuku.”(Abu Sangkan).
Posting Komentar