Al khusyu-IBU FULANAH: Bismillah: Assalamu'alaikum..
Pa ust Abu.. saya mau bertanya.. dulu yang aktif saya pergunakan adalah otak,
sehingga semua selalu dipikir.. direncanakan, terburu-buru dan berusaha
sempurna dengan orientasi dunia tentunya.. sekarang saya belajar untuk lebih
sering melihat dan merasakan hati sebelum melakukan sesuatu (semakin terlihat
banyaknya dosa saya selama ini, astagfirulloh..).. hal tsb membuat pikiran saya
suka blank dan nerima apa adanya. kadang saya merasa khawatir karena lebih
nyantai menjalani kehidupan.. bagaimana caranya supaya antara hati, pikiran,
perkataan dan perbuatan bisa singkron dan seimbang di jalan Allah…. Terutama
dalam sholat dan menjalani kehidupan dalam menunaikan tugas sebaga hamba Allah dalam
beberapa peranan di dunia ini? Mohon penjelasannya.. punten saya masih awam dan
pemula dalam pengajaran ini.. terimakasih..
ABU SANGKAN: Wa'alaikum salam,
Berfikir didalam Alqur'an sangat ditegaskan untuk difungsikan yaitu dalam
perintahNya Afala tatafakkarun, Afala ta'qilun, afala tatadabbarun. Tidakkah
engkau fikirkan, tidakkah engkau fungsikan akalmu,tidakkah engkau tadabburi
penciptaan alam semesta ini? Dalil inilah yang menjadi dasar pemikiran ibnu
Rusyd yaitu; Allah tidak merubah nasib
suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang merubah nasibnya (QS. Ar Rad :11) .
Sungguh perintah yang sangat tegas bahwa akal
dan logika wajib digunakan. Pemikiran ibnu Rusyd yang mengedepankan akal dan logika
dalam bekerja dan berusaha dipakai oleh orang Barat, Ibnu Rusyd atau Averroes dikenal
oleh kalangan barat karena cara berpikirnya yang mengedepankan dalam berpikir
logis.
Sedangkan
pemikiran Imam Al Ghazali diambil dari ayat : Wamanyataqillah yaj'alahu
makhroja wayarzukhu min haitsu la yahtasib waman yatawakkal 'alallah fahuwa
hasbuh (QS. At Thalaq :2-3) . Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, maka
Allah akan memberikan jalan keluar dan Allah memberikan rejeki dari arah yg
tidak disangka-sangka,dan barangsiapa yg bertawakal kepada Allah atau pasrah
total maka Allah akan mencukupi seluruh keperluannya.
Ayat
al Qur'an yang menjadi inspirasi ibnu Rusyd dan al Ghazali seolah-olah
bertentangan,yang satu berusaha dengan segala upaya pemikiannya untuk berhasil.
Allah tidak merubah suatu kaum sehingga kaum itu merubah nasibnya sendiri.
Sedangkan yang satu barangsiapa yang pasrah kepada Allah maka Allah akan
memberikan jalan keluar dan rejeki dari arah yang tidak disangka-sangka.
Kedua
ayat diatas sepertinya bertentangan ,padahal tidak! Kedua ayat tersebut
memiliki dimensi yg berbeda dan cara kerja yg berbeda . Selama anda mempunyai
fikiran maka bekerjalah 100 persen menggunakan daya pikir dan runutan ilmu yang
benar.
Selama
anda mempunyai hati dan iman maka 100 persen engkau gunakan kepercayaan dan
keimananmu kepada Allah sebagai tanda taqwa adanya kekuasaan Allah. Tanpa
disadari orang-orang barat akhirnya mengakui adanya dimensi ruhani yang lebih
tinggi daripada dimensi fikiran, menurut Danah Zohar ini yg disebut Spiritual Quation. Kita
harus menggunakan fikirannya 100 persen dalam bekerja dan menggunakan keyakinan
kepada Allah 100 persen. Tidak boleh dipisah. Coba mari kita contoh laba-laba
ia bekerja membuat jaring-jaring dengan sangat baik dan sempurna,namun
setelahnya ia diam hanya menunggu dengan berserah rejeki yang akan
datang,mengapa kita tidak mencontoh laba-laba didalam bekerja dan mempraktekkan
ibnu Rusyd dan al
Ghazali sekaligus dalam hidup kita. Wallahu a'lam bishawab
(Abu
Sangkan)
Posting Komentar