Pembuktian Sains dalam Sunnah, Dr. Zaghlul An-Najjar.
Alkhusyu - Subhanallah! Baru-baru ini muncul sebuah fenomena retakan di dasar lautan yang mengeluarkan larva, dan larva ini menyebabkan air mendidih hingga suhunya lebih dari seribu derajat Celcius. Meskipun suhu larva tersebut luar biasa tingginya, ia tidak bisa membuat air laut menguap, dan walaupun air laut ini berlimpah-luah, ia tidak bisa memadamkan api.
Alkhusyu - Subhanallah! Baru-baru ini muncul sebuah fenomena retakan di dasar lautan yang mengeluarkan larva, dan larva ini menyebabkan air mendidih hingga suhunya lebih dari seribu derajat Celcius. Meskipun suhu larva tersebut luar biasa tingginya, ia tidak bisa membuat air laut menguap, dan walaupun air laut ini berlimpah-luah, ia tidak bisa memadamkan api.
Allah
bersumpah dengan fenomena kosmik unik ini. Firman-Nya: “Ada laut yang di
dalam tanahnya ada api” (Qs. Ath-Thur 6).
Nabi SAW
bersabda: “Tidak ada yang mengarungi lautan kecuali orang yang berhaji,
berumrah atau orang yang berperang di jalan Allah. Sesungguhnya di bawah lautan
terdapat api dan di bawah api terdapat lautan.”
Ulasan Hadits Nabi
Hadits ini
sangat sesuai dg sumpah Allah SWT yang dilansir oleh Al-Qur’an pada permulaan
Surah Ath-Thur, di mana Allah bersumpah (Maha Besar Allah yang tidak
membutuhkan sumpah apapun demi lautan yang di dalam tanahnya ada api “al-bahrul
masjur.” Sumpahnya:
“Demi
bukit, dan kitab yang ditulis; pada lembaran yang terbuka; dan demi Baitul
Ma’mur; dan atap yang ditinggikan (langit), dan laut yang di dalam tanahnya ada
api, sesungguhnya azab Tuhanmu pasti terjadi, tidak seorangpun yang dapat
menolaknya.” (Qs.
Ath-Thur: 1-8)
Bangsa
Arab, pada waktu diturunkannya Al-Qur’an tidak mampu menangkap dan memahami
isyarat sumpah Allah SWT demi lautan yang di dalam tanahnya ada api ini. Karena
bangsa Arab (kala itu) hanya mengenal makna “sajara” sebagai menyalakan tungku
pembakaran hingga membuatnya panas atau mendidih. Sehingga dalam persepsi
mereka, panas dan air adalah sesuatu yang bertentangan. Air mematikan panas
sedangkan panas itu menguapkan air. Lalu bagaimana mungkin dua hal yang berlawanan
dapat hidup berdampingan dalam sebuah ikatan yang kuat tanpa ada yang rusak
salah satunya? Tampak jelas bahwa gunung-gunung tengah samudera tersebut
sebagian besar terdiri dari bebatuan berapi (vulcanic rocks) yang dapat meledak
layaknya ledakan gunung berapi yang dahsyat.
Persepsi
demikian mendorong mereka untuk menisbatkan kejadian ini sebagai peristiwa di
akhirat (bukan di dunia nyata). Apalagi didukung dengan firman Allah SWT: “Dan
apabila lautan dipanaskan” (QS. At-Takwir 6).
Memang,
ayat-ayat pada permulaan Surah At-Takwir mengisyaratkan peristiwa-peristiwa
futuristik yang akan terjadi di akhirat kelak, namun sumpah Allah SWT dalam
Surah Ath-Thur semuanya menggunakan sarana-sarana empirik yang benar-benar ada
dan dapat ditemukan dalam hidup kita (di dunia).
Hal inilah
yang mendorong sejumlah ahli tafsir untuk meneliti makna dan arti bahasa kata
kerja “sajara” selain menyalakan sesuatu hingga membuatnya panas. Dan mereka
ternyata menemukan makna dan arti lain dari kata “sajara,” yaitu “mala’a” dan “kaffa”
(memenuhi dan menahan). Mereka tentu saja sangat gembira dengan penemuan makna
dan arti baru ini karena makna baru ini dapat memecahkan kemusykilan ini dengan
pengertian baru bahwa Allah SWT telah memberikan anugerah kepada semua manusia
dengan mengisi dan memenuhi bagian bumi yang rendah dengan air sambil
menahannya agar tidak meluap secara berlebihan ke daratan.
Namun, hadits Rasulullah SAW yang sedang kita bahas ini secara singkat
menegaskan bahwa: Sesungguhnya di bawah lautan ada api dan di bawah api ada
lautan.
Setelah Perang Dunia II, para peneliti turun dan menyelam ke dasar laut
dan samudera dalam rangka mencari alternatif berbagai barang tambang yang sudah
nyaris habis cadangannya di daratan akibat konsumerisme budaya materialistik
yang dijalani manusia sekarang ini. Mereka dikejutkan dengan rangkaian gunung
berapi (volcanic mountain chain) yang membentang berpuluh-puluh ribu kilometer
di tengah-tengah seluruh samudera bumi yang kemudian mereka sebut sebagai
‘gunung-gunung tengah samudera’.
Dengan
mengkaji rangkaian gunung-gunung tengah samudera ini tampak jelas bahwa
gunung-gunung tengah samudera tersebut sebagian besar terdiri dari bebatuan
berapi (volcanic rocks) yang dapat meledak layaknya ledakan gunung berapi yang
dahsyat melalui sebuah jaring retak yang sangat besar. Jaring retak ini dapat
merobek lapisan bebatuan bumi dan ia melingkupi bola bumi kita secara sempurna
dari segala arah dan terpusat di dalam dasar samudera dan beberapa lautan.
sedangkan kedalamannya mencapai 65 km.
Kedalaman
jaring retak ini menembus lapisan bebatuan bumi secara penuh hingga menyentuh
lapisan lunak bumi (lapisan bumi ketiga) yang memiliki unsur bebatuan yang
sangat elastis, semi cair, dan memiliki tingkat kepadatan dan kerekatan tinggi.
Bebatuan
lunak ini didorong oleh arus muatan yang panas ke dasar semua samudera dan
beberapa lautan semacam Laut Merah dengan suhu panas yang melebihi 1.000
derajat Celcius. Batuan-batuan elastis yang beratnya mencapai jutaan ton ini
mendorong kedua sisi samudera atau laut ke kanan dan ke kiri yang kemudian
disebut oleh para ilmuwan dengan “fenomena perluasan dasar laut dan samudera.”
Dengan terus berlangsungnya proses perluasan ini, maka wilayah-wilayah yang
dihasilkan oleh proses perluasan itupun penuh dengan magma bebatuan yang mampu
menimbulkan pendidihan di dasar samudera dan beberapa dasar laut.
Meskipun sebegitu banyak, air laut atau samudera tetap tidak mampu
memadamkan bara api magma tersebut. Dan magma yang sangat panas pun tidak mampu
memanaskan air laut dan samudera.
Salah satu
fenomena yang mencengangkan para ilmuwan saat ini adalah bahwa meskipun
sebegitu banyak, air laut atau samudera tetap tidak mampu memadamkan bara api
magma tersebut. Dan magma yang sangat panas pun tidak mampu memanaskan air laut
dan samudera. Keseimbangan dua hal yang berlawanan: air dan api di atas dasar
samudera bumi, termasuk di dalamnya Samudera Antartika Utara dan Selatan, dan
dasar sejumlah lautan seperti Laut Merah merupakan saksi hidup dan bukti nyata
atas kekuasaan Allah SWT yang tiada batas.
Laut Merah
misalnya, merupakan laut terbuka yang banyak mengalami guncangan gunung berapi
secara keras sehingga sedimen dasar laut ini pun kaya dengan beragam jenis
barang tambang. Atas dasar pemikiran ini, dilakukanlah proyek bersama antara
Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia, Sudan, dan salah satu negara Eropa untuk
mengeksploitasi beberapa kekayaan tambang yang menggumpal di dasar Laut Merah.
Kapal-kapal
proyek ini melemparkan stapler barang tambang untuk mengumpulkan sampel tanah
dasar Laut Merah tersebut. Stapler pengeruk sampel tanah itu diangkat dalam
batang air yang ketebalannya mencapai 3.000 m. Dan jika stapler sampai ke
permukaan kapal, tidak ada seorang pun yang berani mendekat karena sangat
panasnya. Begitu dibuka, maka keluarlah tanah dan uap air panas yang suhunya
mencapai 3.000 derajat Celcius. Dengan demikian, sudah terbukti nyata di
kalangan ilmuwan kontemporer, bahwa ledakan gunung vulkanik di atas dasar
setiap samudera dan dasar sejumlah laut jauh melebihi ledakan vulkanik serupa
yang terjadi di daratan. Terbukti pula dengan beragam dalil dan bukti bahwa
semua air yang ada di bumi dikeluarkan oleh Allah SWT dari dalam bumi melalui
ledakan-ledakan vulkanik dari setiap moncong gunung berapi.
Kemudian
terbukti pula dengan beragam dalil dan bukti bahwa semua air yang ada di bumi
dikeluarkan oleh Allah SWT dari dalam bumi melalui ledakan-ledakan vulkanik
dari setiap moncong gunung berapi. Pecahan-pecahan lapisan berbatu bumi
menembus lapisan ini hingga kedalaman tertentu mampu mencapai lapisan lunak
bumi. Di dalam lapisan lunak bumi dan lapisan bawahnya, magma vulkanik
menyimpan air yang puluhan kali lipat lebih banyak dibanding debit air yang ada
di permukaan bumi.
Dari sini tampaklah kehebatan hadits Nabi SAW ini yang menetapkan
sejumlah fakta-fakta bumi yang mencengangkan dengan sabda: “Sesungguhnya di
bawah lautan ada api dan di bawah api ada lautan.”
Sebab
fakta-fakta ini baru terungkap dan baru bisa diketahui oleh umat manusia pada
beberapa tahun terakhir.
Pelansiran
fakta-fakta ini secara detail dan sangat ilmiah dalam hadits Rasulullah SAW
menjadi bukti tersendiri akan kenabian dan kerasulan Muhammad SAW, sekaligus
membuktikan bahwa ia selalu terhubung dengan wahyu langit dan diberitahui oleh
Allah Sang maha Pencipta langit dan bumi. Maha benar Allah yang menyatakan:
“Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur’an) menurut kemauan hawa
nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya),
yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat, Yang mempunyai akal
yang cerdas; dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli, sedang
dia berada di ufuk yang tinggi. Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat
lagi, maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau
lebih dekat (lagi). Lalu dia menyampaikan kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang
telah Allah wahyukan” (QS. An-Najm 3-10)
Tidak
seorang pun di muka bumi ini yang mengetahui fakta-fakta ini kecuali baru pada
beberapa dekade terakhir. Sehingga lontaran fakta ini dalam hadis Rasulullah
SAW benar-benar merupakan kemukjizatan dan saksi yang menegaskan kenabian
Muhammad SAW dan kesempurnaan kerasulannya. Segala puji
bagi Allah Tuhan semesta alam.
Posting Komentar