Halloween party ideas 2015

Al khusyu-

Tapi Kenapa di mulainya dari Yogya Ustad?

Yogya bagi saya punya sejarah, mirip sejarah ketika Rasulullah memilih orang-orang kota Madinah dulu, bukan Mekkah. Mekkah hampir sama dengan Jakarta, pusat perdagangan, keras, nafsi - nafsi suli­t untuk berbicara dengan kelembutan, jadi sulit untuk membangun awalnya di Jakarta, jadi mulai dari yang mudah dulu. Yang  mudah diajak bicara itu orang Yog­ya yang karakteristiknya sudah lembut macam orang Madinah. Saya tidak perlu membina, sulit-sulit mengajak mereka untuk berprilaku baik, hormat terhadap orang tua atau lebih tua, tutur katanya lebih santun.

Bahkan kesantunan mereka sudah jadi standart international, kalau datang ke hotel manapun, standarnnya adalah orang Yogya. Suka tidak suka, sakit hati tidak sakit hati dia harus tetap sopan. Anda sebagai receptionist mau orang yang datang itu pemarah, orang tidak suka, harus tersenyum. Tapi itu terpaksa, ya harus terpaksa, harus kita lakukan, karena hadist nabi pun mengatakan; sil man qatha’a waakhsin ila man asaa laik sambungankan yang terputus walaupun dia tidak suka sama kamu, tetaplah berbuat baik walaupun dia tidak baik sama kamu. Sikap seperti ini, mungkin diba­ngun di Yogyakarta oleh para ulama zaman dulu, para wali. Karena ulama zaman dulu di Yogya maupun Solo itu dibentuk oleh aspek spritual sufistik. Ternyata hikmahnya digunakan disuatu perusahaan manapun, Corporate Mistic manapun, ia melakukan hal-hal dan sikap seperti itu, walaupun tidak suka tetap tersenyum, walaupun dia memusuhi dia tetap menghormati dan seterusnya.

Akhirnya betul setelah dari Yogya mereka datang berkali-kali, bertemu orang Yogya, kita yang Surabaya terpengaruh juga, yang dari Jakarta pun begitu. Sekarang ditambah Yogya secara fisik, tapi rohani dibangun dari dalam, jadi tidak Yog­ya sentris sehingga hanya phisickly, tapi sekarang Yogya yang didalamnya ada cahaya. Ternyata terpengaruh semua­nya, sehingga karakteristik orang shalat khusyu hampir sama. Walaupun terbuka dengan saling bercanda, namun tetap santun tetap ada saling komunikasi. Akhir­nya kita tidak bisa bedakan mana Batak, mana Minang, mana Aceh, mana Jawa, Surabaya, Madura hampir sama karakteristiknya, yaitu kelembutan yang muncul dari dalam, tanpa harus menghilangkan Bataknya, tanpa menghilangkan Minangnya, tidak menghilangkan Maduranya.

Walaupun suaranya lebih lantang, tapi terasa kelembutan keluar dari mulutnya, walaupun orang Aceh misalnya yang lebih keras bicaranya tapi ada rasa sentuhan kelembutannya, jadi keras itu hanya ungkapan intonasi saja, namun ada kelembutan yang keluar. Jadi orang Yogya pun tidak kaget lagi mendengar suara oprang Surabaya, orang Madura. Terasa ada kelembutan keimanan yang luar biasa. Dan sekarang mulailah kita bergerak di Jakarta, uzlah KBH Surabaya dan di semua daerah mulai bergerak sejak diawali di Yogyakarta itu.

Masing-masing wilayah sudah mulai paham, semangatnya semakin tinggi karena manfaatnya sudah terasa. Betapa enaknya kita punya saudara banyak, mempunyai hati yang sama bergetar ketika menyebut nama Allah. Betapa indahnya kita bertemu dengan orang Surabaya yang bergetar hatinya, bertemu orang Padang, Aceh, Medan, Lampung, Palembang. Benar benar terasa dikumpulkan oleh ketakwaan yang sama, tidak ada lagi pemisahan suku bangsa,tapi ketakwaannya itu luar biasa. Kita sudah bisa buktikan berbeda beda suku dan bangsa tapi ketakwaan itu yang menyebabkan kita satu. Jadi Indonesia harusnya disatukan oleh ketakwaan bukan dengan kesukuan atau kekabilahan- kabilahan.

Sekarang kita dengan Malaysia saja, berbeda bangsa, tapi hati bergetar sama, itulah indahnya. Jadi betul Bhineka Tunggal Ika itu,harusnya diikat oleh ketakwaan (Ketuhanan Yang maha Esa) agar lebih dahsyat. Nah kita Indonesia saat ini sudah menyimpang jauh, karena kesatuan itu diikat dengan kesukuan, kamu suku Jawa, kamu suku Minang, kamu suku ini segala macam, makin lama makin mengeras dan mengental rasa kesukuannnya. Jadi seharusnya di ikat oleh Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusian yang adil dan beradab dan seterusnya. jadi betul betul kembali ke Indonesia pada asalnya.

Nah kita akan bikin kampung ini bergerak menjadi kota, bergerak menjadi propinsi dan bergerak menjadi Negara tanpa merubah NKRI. Kita hanya membantu pemeritah melalui gerakan  rohani. Tetaplah jadi Minang, tetaplah jadi Batak dan lainnya, tapi ketakwaan inilah yang menjaga persatuan kita. Kalau suku kita di Ambon disakiti, semua merasakan sakit. Jadi kesatuannnya itu di Ketuhanan Yang Maha Esa, bukan persatuan indonesia  yang disatukan dengan bahasa. Oke lah kalau bahasa untuk sarana berkomunikasi tapi kalau tanpa getaran rohani, tanpa getaran ketuhahanan (spritual) negara akan acak acakan carut marut dan seterusnya. Akibatnya nanti akan rebutan materi, rebutan jadi presiden, rebutan ini rebutan itu segala macam.




Selain dengan zikir  apa yang bisa mendatangkan cahaya itu.?

Amalan soleha, faman kaana yarju hiqaa rabbi fal ya’mal amalan sholeha, barang siapa yang ingin berjumpa dan mendekat dengan Allah maka perbanyak amalan soleha, orang bersedekah itu melembutkan hati, meluruhkan hati dan meluruhkan kemarahan Allah, memadamkan cobaan, memadamkan bala dan seterus­nya. Ada banyak amalan soleha. Jadi tidak hanya berzikir saja, kalau berzikir saja belum tentu bisa menghancurkan ( inkitsar). inktisar itu hancurnya hati, ketika ingat pada Allah hatinya lunak. Banyak orang berzikir tapi hatinya tidak lunak karena tidak seimbang antara berzikir dengan amalan soleha, tidak ada amalan sosial, berzakat pun sulit, berinfaq sulit, maka zikir kayak apapun hatinya justru makin mengeras dan makin sombong dia.

Nah disini kawan kawan ini sudah mulai ada memberikan zakatnya, membagikan rezkinya. Karena berkaitan wamima razaqa na hun yun fiqun, berinfag itu zikir yang sangat berat. Tapi kalau berhasil melewati zikir yang berat ini, seperti sedekah, memberikan yang di kita lebih, memperhatikan fakir miskin maka itu akan sangat melembutkan, itu yang pa­ling hebat, paling besar sekali pengaruhnya terhadap perjalanan rohaninya. Saya perhatikan kawan-kawan yang hatinya melepaskan hartanya dengan keikhlasan, zikirnya makin melembutkan, ada ru­angan-ruangan yang semakin tidak bisa di tiru oleh orang lain.

Yang pertama zikir, kedua amalan soleha, ketiga ilmu, kalau tidak ada ilmunya dia tidak bisa menembus dimensi kerohanian, sehingga dia stack, ketika dia stack  getaran tidak pernah turun, maka mengeras hatinya. Lambat laun dia akan  pergi keluar dari kelompok zikir ini, kare­na sudah tidak merasa nyaman duduk di tempat ahli zikir. Gelisah terus, lama lama pergi mencari selain Allah, mencari guru lagi dan lain lain. Padahal seharusnya sudah bisa terbuka bathinnya ketika berzikir pada Allah. Mau cari kemana lagi, cahaya itu bukan datang dari orang, tapi dari Alla­h  dan itu bisa diminta, Ya allah buka hati saya nauwil qolbi....nawil qolbi....terangkan hati saya...terangkan hati saya.

Makanya nabi mengatakan ada empat hal yang terjadi pada manusia yang tertutup hatinya, pertama dalam do’anya  nabi megatakan; khawatir orang banyak ilmu tetapi tidak bermanfaat, tidak membuka rohaninya. Orang kadang kadang semakin banyak ilmunya, saya lihat makin tidak khusyu, makin banyak mencari ilmu kadang kadang malah tertutup. Itu ilmu yang tidak manfaat. Cukup satu saja tapi terbuka.

Yang kedua punya hati tidak khusyu, orang tidak khusyu itu tidak menangkap riqah, getaran yang diturunkan oleh Alla­h, sakinah yang diturunkan ketika berzikir. “Sudah zikir pak Abu berkali kali kok hati saya  tidak tenang-tenang?” Berarti hatinya kan kotor, alaa hidzrillahi tath mainnul qulub, hanya dengan zikir hatimu tenang, hatimu akan bahagia karena allah turunkan Ku walladzi anzalassakinaha fii quluubil mu’minin liyazadaadu ilmanan ma’a iimannihim. Jadi zikir itu menimbulkan ketenangan dan diturunkan oleh Allah kepada hati orang yang beriman dan akan bertambah.

Jika anda berzikir dalam halaqah tapi tidak bertambah tambah, berarti hatinya di tutup Allah tidak diturunkan ketenang­an, makanya dia akan pergi. Karena sudah tidak nyaman lagi datang ke halaqah, tidak nyaman lagi dalam majelis ilmu kare­na hatinya membatu, keras, tidak ada cahaya, ini yang akan pasti lari. Tapi kalau yang merasakan tenang, damai luar biasa, dia makin kuat, mau diajak jam berapa­ pun halaqah dia pasti datang dengan segera.

Yang ketiga kata nabi aku berlin­dung dari nafsu yang tidak pernah puas. Nanti akan lari kesini, kalau hatinya sudah mengeras dia tidak puas puas, berbuat baik...jahat lagi, berbuat baik...jahat lagi. Dia akan nikmat datang kediskotik, dia akan nikmat datang nonton sepak bola, main golf, main catur, memancing dan lainnya. Dia merasa itu nikmat melebihi zikir, akhirnya zikir di tinggal. Nikmatnya lebih kepada dunia. Makanya ketika diaja­k halaqah, ia lebih memilih mendatangi majelis majelis yang lain.

Kelima akibatnya, do’anya tidak dikabulkan, maka ketika dia berdo’a gagal terus. Ketika datang ke majelis dia punya harapan ingin menyelesaikan masalah. Ketika berdo’a tidak dapat-dapat, akhir­nya ditinggalkan majelis itu, halaqah ditinggalkan, karena tujuannya dalam berzikir hanya mau berdo’a, tapi sama Allah ditutup. Begitu ditutup sama Allah dia cari keluar dari Allah. Dan akhirnya musyrik, mencari dukun atau alternatif. Alternatif itu boleh jadi namanya ustad, padahal bukan ustad, tapi dukun.   

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.