Al khusyu-Tipe hati yang ketiga adalah hati yang hidup tetapi cacat. Ia
memiliki dua materi yang saling tarik-menarik. Ketika ia memenangkan pertarungan itu maka di dalamnya terdapat kecintaan kepada Allah, keiman- an,
keikhlasan dan tawakal kepada-Nya, itulah materi kehidupan. Di dalamnya juga
terdapat kecintaan kepada nafsu, keinginan dan usaha keras untuk
mendapatkannya, dengki, takabur, bangga diri, kecintaan berkuasa dan membuat
kerusakan di bumi, itulah materi yang menghan- curkan dan membinasakannya. Ia
diuji oleh dua penyeru: Yang satu menyeru kepada Allah dan Rasul-Nya serta hari
akhirat, sedang yang lain menyeru kepada kenikmatan sesaat. Dan ia akan
memenuhi salah satu di antara yang paling dekat pintu dan letaknya dengan
dirinya.
Dinukil dari kitab Manajemen Qolbu Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah
Hati yang pertama selalu tawadhu', lemah lembut dan sadar,
hati yang kedua adalah kering dan mati, sedang hati yang ketiga hati yang
sakit; ia bisa lebih dekat pada keselamatan dan bisa pula lebih dekat pada
kehancuran. Allah menjelaskan ketiga jenis hati itu dalam firman-Nya,
"Dan Kami tidak
mengutus sebelum kamu seorang rasulpun dan tidak (pula) seorang nabi, melainkan
apabila dia mempunyai sesuatu keinginan, syetan pun memasukkan godaan-godaan
terhadap keingin- an itu, Allah menghilangkan apa yang dimasukkan oleh syetan
itu dan Allah menguatkan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi
Mahabijaksana, agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh syetan itu, sebagai
cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan yang kasar
hatinya. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu, benar-benar dalam
permusuhan yang sangat, dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu meyakini
bahwa Al-Qur'an itulah yang haq dari Tuhanmu lalu mereka beriman dan tunduk
hati mereka kepadanya, dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi Petunjuk bagi
orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus." (Al-Hajj: 52- 54).
Dalam ayat ini Allah membagi hati menjadi tiga macam: Dua
hati terkena fitnah dan satu hati yang selamat. Dua hati yang terkena fitnah
adalah hati yang di dalamnya ada penyakit dan hati yang keras (mati), sedang
yang selamat adalah hati orang Mukmin yang merendahkan dirinya kepada Tuhannya,
dialah hati yang merasa tenang dengan-Nya, tunduk, berserah diri serta taat
kepada-Nya.
Yang demikian itu karena hati dan anggota tubuh lainnya
diharapkan agar selamat dan tidak ada penyakit di dalamnya, dan melaksanakan
tujuan dari penciptaannya. Adapun penyimpangannya dari jalan lurus mungkin
karena ia kering dan keras serta tidak melaksanakan apa yang semestinya
diinginkan daripadanya. Seperti tangan yang putus, hidung yang bindeng, dzakar
yang impoten dan mata yang tak bisa melihat sesuatu. Atau karena terdapat
penyakit dan kerusakan yang mengha- langinya melakukan pekerjaan secara
sempurna dan berada dalam kbenaran. Oleh sebab itu, hati terbagi menjadi
tiga macam:
Pertama: Hati yang sehat dan selamat, yaitu hati yang selalu
menerima, mencintai dan mendahulukan kebenaran. Pengetahuannya tentang
kebenaran benar-benar sempurna, juga selalu taat dan menerima sepenuhnya.
Kedua: Hati yang keras, yaitu hati yang tidak menerima dan
taat pada kebenaran.
Ketiga: Hati yang sakit, jika penyakitnya sedang kambuh maka
hatinya menjadi keras dan mati, dan jika ia mengalahkan penyakit hatinya maka
hatinya menjadi sehat dan selamat.
Apa yang diperdengarkan oleh syetan dari kata-kata dan yang
dibisikkannya dari berbagai keragu-raguan dan syubhat adalah merupakan fitnah
terhadap dua hati tersebut. Adapun hati yang hidup dan sehat maka dia tetap
tegar. Ia selalu menolak berbagai ajakan syetan itu. Ia membenci dan
mengutuknya. Ia mengetahui bahwa kebenaran adalah yang sebaliknya. Ia tunduk
pada kebenaran, merasa tenang dengannya dan mengikutinya. la mengetahui
kebatilan apa yang dibisikkan syetan. Karena itu iman dan kecintaannya pada
kebenaran semakin bertambah, sebaliknya ia semakin mengingkari dan membenci
kebatilan. Hati yang terfitnah dengan bisikan-bisikan syetan akan terus berada
dalam ke- raguan, sedang hati yang selamat dan sehat tak pernah terpengaruh
dengan apa pun yang dibisikkan syetan.
Hudzaifah bin Al-Yamani Radhiyallahu Anhu berkata,
"Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Fitnah-fitnah
itu menempel ke dalam hati seperti tikar (yang di- anyam), sebatang-sebatang.
Hati siapa yang mencintainya, niscaya timbul noktah hitam dalam hatinya. Dan
hati siapa yang meng- ingkarinya, niscaya timbul noktah putih di dalamnya,
sehingga menjadi dua hati (yang berbeda). (Yang satunya hati) hitam legam
seperti cangkir yang terbalik, tidak mengetahui kebaikan, tidak pula
mengingkari kemungkaran, kecuali yang dicintai oleh hawa nafsunya. (Yang
satunya hati) putih, tak ada fitnah yang membahayakannya selama masih ada
langit dan bumi." (Diriwayatkan Muslim).
Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam menyamakan hati yang
sedikit demi sedikit terkena fitnah dengan anyaman-anyaman tikar, yakni ke-
kuatan yang merajutnya sedikit demi sedikit. Beliau membagi hati dalam
menyikapi fitnah menjadi dua macam: Pertama, hati yang bila dihadapkan dengan
fitnah serta merta mencintainya, seperti bunga karang menyerap air, sehingga
timbullah noktah hitam di dalamnya. Demikianlah, ia terus menyerap setiap
fitnah yang dihadapkan padanya, sampai hatinya menjadi hitam legam dan
terbalik. Inilah makna sabda beliau "cangkir yang terbalik". Jika
hati telah hitam legam dan terbalik maka ia akan dihadapkan pada dua bencana
dan penyakit yang membahayakannya serta melemparkannya pada kebinasaan.
Pertama, ia memandang sesuatu yang baik sama dengan sesuatu yang buruk. Ia
menjadi tidak tahu mana yang baik, tidak pula mengingkari kemungkaran. Bahkan
mungkin karena sangat kronisnya penyakit ini, sehingga ia mempercayai bahwa
yang baik itulah yang mungkar dan yang mungkar. itulah yang baik, yang haq
adalah batil dan yang batil adalah haq. Kedua, ia menjadikan hawa nafsu sebagai
pedoman apa yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, ia
senantiasa tunduk dan mengikuti hawa nafsunya.
Kedua, hati putih yang memancarkan cahaya iman, di dalamnya
terdapat pelita yang menerangi. Jika fitnah dihadapkan padanya ia mengingkari
dan menolaknya, sehingga hatinya pun menjadi semakin bercahaya, memancarkan
sinar dan semakin kokoh.
Fitnah-fitnah yang menimpa hati itulah penyebab timbulnya
penya- kit hati. Di antara fitnah-fitnah itu adalah fitnah syahwat dan syubhat,
fitnah kesalahan dan kesesatan, fitnah maksiat dan bid'ah, fitnah keza- liman
dan fitnah kebodohan. Fitnah-fitnah yang pertama mengakibatkan rusaknya tujuan
dan keinginan, sedang fitnah-fitnah kedua mengakibat- kan rusaknya ilmu dan
i'tiqad (kepercayaan).
Para sahabat Radhiyallahu Anhum membagi hati menjadi empat
macam. Demikian seperti disebutkan dalam riwayat yang shahih dari Hudzaifah bin
Al-Yaman, "Hati itu ada empat macam: Pertama, hati murni yang di dalamnya
ada pelita yang menyala, itulah hati orang Mukmin. Kedua, hati yang tertutup,
itulah hati orang kafir. Ketiga, hati yang terbalik, itulah hati orang munafik,
ia mengetahui (kebenaran) tetapi mengingkarinya, ia melihat tetapi membuta. Dan
terakhir hati yang terdiri dari dua materi: Iman dan kemunafikan, mana yang menang
dalam pergulatan itulah yang menguasai." (Lihat Musnad Imam Ahmad, 3/17).
Adapun yang dimaksud dengan hati murni yaitu hati yang bebas
dari selain Allah dan Rasul-Nya. Ia bebas dan selamat dari selain kebenaran.
Di dalamnya ada pelita yang menyala. Itulah pelita iman. Disebut murni karena
ia selamat dari berbagai syubhat batil dan syahwat sesat, juga karena di
dalamnya ia memperoleh pelita yang menyinarinya dengan cahaya ilmu dan iman.
Hati orang kafir disebut sebagai hati yang tertutup karena hati itu ada di
dalam sampul dan penutup, sehingga tidak ada cahaya ilmu dan iman yang sampai
padanya, sebagaimana firman Allah mengisahkan tentang orang-orang Yahudi,
"Mereka berkata, 'Hati kami tertutup'." (Al-Baqarah: 88).
Penutup itu Allah letakkan di atas hati mereka sebagai
siksaan karena penolakan mereka terhadap kebenaran dan kecongkakan mereka
sehingga tak mau menerima kebenaran. Ia adalah hati yang mati, pende- ngaran
yang tuli, penglihatan yang buta. Dan semua itu adalah dinding yang menutupinya
dari penglihatan.
"Dan bila kamu
membaca Al-Qur'an, niscaya Kami adakan antara kamu dan orang-orang yang tidak
beriman kepada kehidupan akhirat, suatu dinding yang tertutup dan Kami adakan
tutupan di atas hati mereka dan sumbatan di telinga mereka agar mereka tidak
dapat memahaminya." (Al-Isra': 45-46).
Bila disebutkan pengesaan tauhid dan pengesaan mutaba'ah (ketaatan) maka orang-orang yang memiliki hati ini akan segera lari menjauhinya.
Hati orang munafik disebut sebagai hati yang terbalik, sebagaimana
firman Allah,
"Maka mengapa kamu
(terpecah) menjadi dua golongan dalam (menghadapi) orang-orang munafik, padahal
Allah telah membalik- kan mereka kepada kekafiran disebabkan oleh usaha mereka
sendiri."
(An-Nisa': 88).
Maksudnya Allah membalikkan dan mengembalikan mereka pada
kebatilan yang dahulu mereka berada di dalamnya, disebabkan oleh usaha dan
perbuatan mereka yang salah. Inilah sejahat-jahat dan sebu- ruk-buruk hati. la
mempercayai bahwa yang batil adalah benar dan setia kepada para pengikut kebatilan.
Sebaliknya, ia mempercayai bahwa yang haq itulah yang batil dan memusuhi
orang-orang yang meng-ikuti kebenaran. Wallahul musta'an (hanya kepada Allah
kita memohon pertolongan).
Hati yang di dalamnya terdapat dua materi adalah hati yang
imannya belum mantap dan pelitanya belum menyala. Ia belum memurnikan dirinya
untuk kebenaran yang karenanya Allah mengutus para rasul. Ia adalah hati yang
berisi materi kebenaran dan hal yang sebaliknya. Terkadang ia lebih dekat
dengan kekafiran daripada dengan keimanan. Dan pada kali lain, ia bisa lebih
dekat dengan keimanan daripada dengan kekafiran. Karena itu, ia akan dikuasai
oleh yang memenangkan pergulatan antara keduanya.
Posting Komentar