Al khusyu- Sahabat Sc yang saya hormati dan saya cintai...
Oleh : Nur Yasin Arlan Palembang
Selama enam hari bersama beliau, banyak sekali yang saya
dapatkan dari ilmu ibroh serta pengalaman-pengaaman yang beliau ceritakan langsung
kepada saya secara pribadi maupun kepada halaqah juga kepada masyarakat umum.
Secara pribadi beliau mengajarkan bagaimana seseorang itu
harus kuat tidak boleh lemah. Harus punya pandangan jauh kedepan. Sekali
berjalan jangan tolah-toleh kebelakang. Harus mulai menjadi konseptor dalam
rangka dakwah dan strateginya. Karena tugas kita adalah berdakwah meneruskan
risalah para Rasul dan harus menjadi muslih. Bukan hanya sekedar sholeh untuk
diri sendiri.
Dari sinilah saya selalu melihat kegelisahan beliau, selalu
memikirkan ummat serta muridnya bahkan beliau tidak putus untuk mendoakan
muridnya fardiyan maupun jamaiyan untuk sholat center serta ilmu khusyuk ini
sampai kepada masyarakat yang luas. Engkau adalah pemimpin berskala dunia.
Dunia ini milikmu, jadilah pemimpin benar dalam fiqih dakwahmu, yang harus ada
candanya, seriusnya, bahkan tegas serta marah apabila diperlukan.
Ketika bertemu dengan sahabat-sahabat SC di tiga tempat tersebut Ustad Abu tak
henti-hentinya, terus menjelaskan kepada
sahabat halaqah seputar bagaimana masing-masing orang sudah mulai memperhatikan perjalanan ruh dan
sholatnya. Kami diajari bagaimana nyambung ke Allah dalam setiap laku, khususnya
didalam sholat. Anggota halaqah sudah harus merasakan, bagaimana ketika
takbiratul ihram terasa benar dan nyata bahwa hijab itu terbuka sebagai mana
dalam kitab alkhusyu fi sholat :
أن رفع
اليدين في تكبيرة الإحرام
فيه الإشارة إلى رفع
حجاب الغفلة بينك وبين
الله، وفي غير تكبيرة
الإحرام إعظاماً لله.
وقال بعضهم:
إنها استسلام لله وانقياد
له تعالى، كالأسير المستسلم.
وقال بعضهم:
نفي الكبرياء عن غير الله.
Sesungguhnya mengangkat kedua tangan dalam takbiratul ihram
didalamnya ada isyarat terangkatnya hijab lalai antara dirimu dan Tuhanmu,
sedangkan takbir selain takbiratul ihram adalah sebagai isyarat untuk
mengagungkan Allah. Takbiratul ihram adalah bentuk ketundukan dan keyakinan
hanya untuk Allah seperti tawanan yang menyerah. Takbiratul ihram adalah sebagai bentuk penolakan sifat
kesombongan selain Allah. Beliau juga tak henti-henti mengingatkan pada setiap
pertemuan dengan murid-muridnya selalu untuk memahami bagaimana meraih jiwa
yang muthmainnah sakinah dan istihgraq dalam sholatnya.
Dan seterusnya dalam mengerjakan sholat mengenai makna hakikatnya
qiyam sampai salam. Pelajaran tafsir Arrazi yang menguatkan kerohanian serta
perjalanannya. Dan dalam belajar seseorang harus merujuk kepada kitab almuktabarah
yang berlandaskan Quran dan sunnah Rasulullah.
Adapun dalam tabligh akbar beliau selalu memberikan
pelajaran dan pengajaran tentang sholat. Dimulai dari pembagian manusia yang
khusyuk dalam sholatnya. Mulai dari wudhu waktu batasan serta bagaimana praktek
dalam sholat dan memprioritaskan seseorang untuk tumakninah dalam sholat
mereka.
Yang sangat terkesan adalah ketika beliau memberikan taujih
di Pesantren Mambaul Ulum pada peringatan Haul Kyai Tugu, bagaimana beliau
berbicara dihadapan bupati bondowoso dan wakil bupati yang juga putra Kyai
tugu. Serta dihadapan para kiyai pondok serta semua santri. Beliau banyak
menceritakan kenangan beliau selama berguru dengan kiyai tugu. Yang paling
menusuk hati adalah beliau mengungkapkan perkataan kiyai "Aneka ria
akhirat cong, Beni berek beni temor" bahwa kenikmatan syurga dapat
dinikmati dirasakan didunia Ini, dan perkataan ini jauh sebelumnya telah diungkapkan
juga oleh Imam ibnu qayyim dari perkataan guru beliau syeikh Ibnu taimiyah
dalam kitab madariju salikin :
فإنه لا
نعيم له ولا لذة،
ولا ابتهاج، ولا كمال،
إلا بمعرفة الله ومحبته،
والطمأنينة بذكره، والفرح والابتهاج
بقربه، والشوق إلى لقائه،
فهذه جنته العاجلة، كما أنه لا
نعيم له في الآخرة،
ولا فوز إلا بجواره
في دار النعيم في
الجنة الآجلة، فله جنتان
لا يدخل الثانية منهما
إن لم يدخل الأولى.
وسمعت شيخ الإسلام ابن
تيمية قدس الله روحه
يقول: إن في الدنيا جنتان من لم يدخلها
لم يدخل جنة الآخرة.
Tidak ada kenikmatan dan kelezatan, kesenangan dan
kesempurnaan, kecuali makrifatullah dan mahabbah cinta padaNya. Ketenangan
dalam berdzikir, bahagia senang ketika dekat denganNya, rindu untuk bertemu
denganNya, inilah yang dimaksud dengan surga yang didahulukan. Bagi seorang
mukmin surga itu ada dua, bagaimana seseorang akan masuk kepada surga yang
kedua kalau dia tidak pernah memasuki surga yang pertama.
Ibnu taimiyah berkata : Surga itu ada dua siapa yang tidak
masuk disurga dunia dia tidak akan masuk di surga akhirat. Ust. Abu menjelaskan
panjang lebar kepada seluruh yang hadir tentang hakikat perkataan ini. Juga
tentang kebalikan dari hakikat perkataan ini yang disampaikan Allah dalam firmannya :
وَمَنْ كَانَ
فِي هَٰذِهِ أَعْمَىٰ فَهُوَ
فِي الْآخِرَةِ أَعْمَىٰ وَأَضَلُّ سَبِيلًا
Dan barangsiapa yang buta hatinya di dunia ini, niscaya di
akhirat nanti ia akan lebih buta. Dia lebih tersesat dari jalan yang benar. (Al
isra : 72).
Sampai-sampai suara beliau serak entah kenapa suara beliau
tidak biasa dari suara yang sering saya dengar. Nadanya tinggi menggelegar
namun terasa lembut dan menyentuh hati. Beliau juga menjelaskan tentang ciri
wali wali Allah bahwa mereka adalah :
إن أولياء
الله لا خوف عليهم
ولا هم يحزنون
Sesungguhnya wali2 Allah tiada rasa takut dan sedih...
Beliau juga mengutip sebuah hadits qudsi:
ولا يزال
عبدي يتقرب إلي بالنوافل حتى
أحبه، فإذا أحببته كنت
سمعه الذي يسمع به،
وبصره الذي يبصر به،
ويده التي يبطش بها،
ورجله التي يمشي بها،
فبي يسمع، وبي يبصر،
وبي يبطش، وبي يمشي»
، وفي الحديث
الصحيح «أقرب ما يكون
الرب من عبده في
جوف الليل الأخير» وفي
الحديث أيضا «أقرب ما
يكون العبد من ربه
وهو ساجد» «يا
أيها الناس، اربعوا على
أنفسكم، إنكم لا تدعون
أصم ولا غائبا، إن
الذي تدعونه سميع قريب،
أقرب إلى أحدكم من
عنق راحلته» .
Tudaklah ketika hambaku mengerjakan amalan sunnah sampai aku
mencintainya, dan jika aku telah mencintainya maka aku akan menjadi telinganya
ketika dia mendengar. Aku menjadi penglihatannya ketika dia melihat. Aku akan
menjadi tangannya ketika dia memegang. Dan dia bersamaku ketika berjalan. Dan
tiada suasana paling dekat antara aku dan hambaku kecuali diwaktu terakhir pada
tengah malam. Sedekat-dekat aku dan hambaku adalah ketika dia sujud. Wahai
manusia lirihkan doamu. Engkau tidak berdoa kepada yang bisu dan tuli.
Sesungguhnya yang engkau panggil itu adalah yang maha dekat dan maha mendengar
bahkan lebih dekat dari punuk hewan kendaraannya. (Madariju Salikin).
Demikianlah sahabat SC yang bisa saya sampaikan dan saya
tulis. Kalau ada kata-kata dan sikap yang tak pantas selama menemani perjalanan beliau saya mohon
maaf dan mohon ampun kepada Allah.
Semoga hikmah ini dapat menjadi pelajaran bagi kita semua.
Dan semoga Allah membimbing kita didalam mengarungi bahtera hidup dan kehidupan
ini. Dan Insya Allah semoga kita dapat selamat bahagia fiddunya wal alhirah
dalam liputan Rahmat dan maghfirahnya. Amiiinnn.
Wassalamualaikum wr wb.
Posting Komentar